Tampilkan postingan dengan label (By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label (By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Februari 2016

Struktur Teorema

STRUKTUR TEOREMA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika Model Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A





Disusun oleh:
Diana Amirotuz Zuraida (15709251066) (dianaamirotuz.blogspot.com)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


STRUKTUR TEOREMA
Salah satu cabang dalam filsafat adalah logika. Logika mewakili pemikiran seseorang dalam berfilsafat dan berpendapat mengenai pemikiran – pemikiran berupa hipotesis atau tanggapan tentang suatu peristiwa maupun kejadian. Awal pemikiran pada matematika yaitu berhubungan dengan logika, buktinya banyak tokoh – tokoh dalam filsafat juga memberikan pemikirannya dalam bidang matematika. Sebenarnya bangsa Babilonia sudah ada ilmu tentang perhitungan, namun semua itu hanya berdasarkan pemikiran empiris. Ketika Yunani berkembang, mereka banyak memberikan kontribusi berupa pemikiran deduktif dan fenomena alam dalam bentuk bilangan. Sehingga pada abad ke – 19 dan 20, banyak perkembangan tentang teknologi serta sains dan matematika walaupun sebenarnya sudah diawali dari abad ke – 17, yang mana saat itu didominasi oleh aturan gereja. Adanya aturan gereja tersebut, menimbulkan para ahli filsafat bermunculan bersamaan dengan pemikiran matematis seperti Immanuel Kant, Galileo, serta Rene Descartes yang menentang aturan gereja tersebut.
Logika didefinisikan sebagai kosa kata, yang membentuk aturan yang mana memberikan ide barisan simbol dalam logika dan logika juga didefinisikan sebagai pembuktian dalam sistem (kondisi dalam menggunakan rumus dalam pembuktian). Definisi dalam pembuktian sudah ada bermacam macam bentuk dan gayanya. Pemikiran logika yang paling umum yaitu model yang diajukan oleh Hilbert yang disebut dengan aksioma.
Aksioma berasal dari bahasa Yunani αξιωμα (axioma) yang artinya dianggap berharga, dengan kata lain dianggap terbukti dengan sendirinya. Banyak filsuf Yunani menganggap aksioma adalah pernyataan yang sudah dapat dilihat kebenarannya tanpa harus dibuktikan. Aksioma dalam matematika bukan berarti proposisi yang terbukti dengan sendirinya. Melainkan, suatu titik awal dari sistem logika. Misalnya, nama lain dari aksioma adalah postulat.
Sistem dalam matematika diawali dengan aksioma yang memuat beberapa syarat yang diberlakukan mulai abad ke – 19 seperti konsistensi, independensi, dan kategoris. Aksioma dikatakan konsisten bila tidak adanya logika yang kontradiksi di dalamnya, independensi jika proporsi tidak dapat dideduksi dari proporsi lainnya. Serta dikatakan kategoris jika berisomorfisma dengan himpunan yang disajikan secara aktual dari perangkat aksioma.
Setelah aksioma terbentuk, pernyataan yang muncul selanjutnya disebut dengan teorema. Teorema secara formal disebut juga pernyataan. Pernyataan sebagai asumsi dan dibuktikan dengan pernyataan – pernyataan sebelumnya yang telah disetujui sebagai dasarnya (aksioma, definisi, dan teorema sebelumnya yang telah dibuktikan. Nilai kebenaran dalam matematika bersifat apriori, teori – teori dalam matematika diturunkan secara logis (logika yag telah ditetapkan sebelumnya) dari aksioma, sehingga digunakan secara kondisional sesuai dengan ruang dan waktunya.
Teorema berawal dari pernyataan yang ada pada zaman Yunani Kuno periode sekitar 600 SM hingga 300 SM, para pengikut pythagoras berusaha menemukan panjang sisi miring suatu segitiga dan akhirnya menemukan bahwa panjang sisi miring sebuah segitiga itu merupakan bilangan irrasional. Pada periode ini pula, bangsa Yunani Kuno telah menyusun geometri aksiomatis karya Euclid yang isinya masih digunakan hingga saat ini. Buku yang telah disusun bermacam macam seperti sifat lingkaran, garis, bangun segi empat, dan ada juga yang berkaitan dengan teorema pythagoras sehingga dapat dipahami prosesnya dari abad – abad sebelumnya.
Pada awal abad ke – 20, matematikawan bernama David Hilbert (1862- 1943) merumuskan sistem formal dari aksioma harus konsisten, artinya pernyataan dan kebalikannya tidak dapat dibuktikan secara bersamaan. Namun, pada tahun 1930, Kurt Godel (1906-1978) mengatakan bahwa apapun sistem aksioma atau aturannya, akan selalu ada beberapa pernyataan yang dapat tidak terbukti atau tidak valid dari sistem. Bunyi dari teorema Godel yang pertama yaitu “Jika suatu sistem matematika dikehendaki konsisten, maka dia pastilah tidak lengkap” dan teorema kedua Godel berbunyi “Jika suatu sistem dikehendaki lengkap, maka dia pastilah tidak konsisten”. Chaitin juga membuktikan bahwa prosedur tidak akan menghasilkan hasil yang lebih kompleks daripada prosedur itu sendiri sehingga dia membuat teori bahwa wanita yang berbobot 1 pon tidak bisa melahirkan bayi seberat 10 pon. Hal tersebut juga membuktikan bahwa akan ada pemikiran yang kompleks dalam keadaan akal kita tidak bisa memahaminya. Godel menunjukkan bahwa tidak ada sistem jenis Hilbert yang mana bilangan bulat bisa didefinisikan konsisten serta lengkap. Pada disertasi Godel membuktikan kelengkapan orde pertama, bukti ini dikenal sebagai teorema kelengkapan Godel. Belliau juga membuktikan bahwa Hilbert dianggap benar karena asumsinya matematika adalah bagian dari kehidupan nyata. Dengan menggunakan teori bilangan sebagai contoh yang konkrit kemudian menunjukkan cara untuk mengubahnya ke dalam simbol yang mana semestanya mengenai bilangan.
Sampai pada saat itu, Hempel berpendapat bahwa setiap sistem postulat matematika yang konsisten, menunjukkan interprestasi yang berbeda dari istilahnya. Definisi juga termasuk di dalam sistem aksioma tersebut. Beliau juga mengatakan bahwa upaya untuk menyempurnakan model yaitu mengubah definisinya sehingga muncul model yang baru lagi dengan teori yang tetap stabil. Kesimpulan dari Hempel ini, teorema dari teori apapun terdiri dari dua bagian, premis dan kesimpulan. Kesimpulan dari teorema tidak hanya dari himpunan aksioma tetapi juga premis yang khusus untuk teorema tertentu dan bukan perpanjangan dari sistemnya.
Paradigma matematika saat ini didasarkan pada teori himpunan aksiomatik dan logika formal. Seluruh teorema pada saat ini dapat dirumuskan sebagai teorema teori himpunan. Setelah teorema ada, maka ada istilah lanjutan yang disebut dengan lemma, lemma secara konvensional digunakan untuk menunjukkan proposisi terbukti yang digunakan sebagai batu loncatan untuk hasil yang lebih besar daripada sebagai pernyataan yang berguna lebih dalam dan teorema itu sendiri. Strukturnya dapat digambarkan sebagai berikut.



Jadi, untuk membuktikan suatu teorema, kita membutuhkan aksioma atau postulat yang berhubungan atau yang membentuk ke arah konteks teorema yang akan dibuktikan. Urutan proses adanya teorema digambarkan sebagai berikut.







Berbeda lagi dengan kebenaran tentang objek yang ditemukan oleh manusia hukum alam dan hukum matematika memiliki status yang sama. Dalam kehidupan kita, tidaklah lepas dengan mitos. Mitos dalam bahasa Yunani: μῦθος— mythos atau mite (bahasa Belanda: mythe) adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional. Pada umumnya mitos menceritakan terjadinya alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk topografi, kisah para makhluk supranatural, dan sebagainya.
Ada yang menganggap mitos itu benar terjadi, adapula yang tidak mempercayai mitos tersebut. Biasanya, mitos itu perlu dibuktikan kebenarannya ketika mencoba untuk melakukannya. Jika sesuatu terjadi, maka anggapan itu dianggap benar, namun jika tidak terjadi sesuatu apapun maka anggapan itu dianggap tidak benar. Mitos bisa dianggap sebagai teorema, sehingga terkadang perlu pembuktian agar seseorang percaya bahwa fenomena itu benar – benar terjadi. Teorema berisi premis khusus dengan contoh misalkan, tidak diperbolehkan menggunakan pakaian berwarna hijau atau biru ketika ada di tepi pantai karena orang yang berpakaian tersebut bisa hilang terbawa ombak. Itu adalah suatu teorema yang belum tentu kebenarannya. Namun, dalam kehidupan kita, ada postulat yang mutlak yaitu perintah dari Tuhan. Perintah dari Tuhan itu benar adanya.

Teorema dalam matematika yang paling sering digunakan adalah teorema pythagoras. Teorema ini bermanfaat dalam kehidupan sehari – hari, seperti menghitung tinggi kemiringan tangga yang akan digunakan agar orang yang naik tidak terjatuh. Tinggi sebuah jendela lantai 2 pada sebuah gedung kira-kira 8 meter. Di depan gedung tersebut ada sebuah taman dengan lebar 6 m. Berapa panjang tangga minimum yang dibutuhkan agar kaki-kaki tangga tidak merusak taman. Ilustrasi sebagai berikut.


Jika panjang tangga dianggap sebagai x maka:


Maka panjang tangga minimum adalah 10 m. Contoh lain juga berupa ornamen dari seorang arsitektur dari Iran yang sudah membuktikan teorema pythagoras dengan teknik arsitekturnya pada abad ke 10 yaitu membuat ornamen pada bangunan seperti gambar di bawah ini.

Para arsitektur mengeksplor teorema pythagoras tersebut menjadi lebih menarik untuk ornamen seperti di bawah ini.


DAFTAR PUSTAKA Nielsen, J.L.(2010). The Heart is a Dust Board: Abu’l Wafa Al-Buzjani, Dissection, Construction, and theDialog Between Art and Mathematics in Medieval Islamic Culture. University of Missouri: Arkansas city. http://www.sfu.ca/~jeffpell/papers/PhilAutoThmProving91.pdf https://m.facebook.com/notes/dunia-matematika/sejarah-perkembangan-matematika/217020314975045/ https://en.wikipedia.org/wiki/Fundamental_theorem https://id.wikipedia.org/wiki/Mitos gehamatic.weebly.com/uploads/2/5/3/5/.../teorema_pythagoras.docx http://novi-ariyaniasparagus.blogspot.co.id/2013/01/postulat-dalil-aksiomal-dan-lain-lain.html Marsigit, Rizkianto. I, Murdiyani, N.M.(2014). Filsafat Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta: UNY Press http://sahatfp.blogspot.co.id/2013/03/tugas-2pengertian-aksioma-dan-teorema.html https://id.wikipedia.org/wiki/Teorema

Senin, 22 Februari 2016

Menyingkap Bukti Teorema Pythagoras Secara Geometri Pada Abad Ke 10 Oleh Abul Wafa Buzjani

Menyingkap Bukti Teorema Pythagoras Secara Geometri Pada Abad ke – 10 oleh Abu’l Wafa Buzjani


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika Model Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A


Disusun oleh:


Diana Amirotuz Zuraida (15709251066) (dianaamirotuz.blogspot.com)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016



Teorema pythagoras telah diketahui lebih lama oleh orang – orang Babylonia. Pengetahuan tentang pythagoras ini berhubungan dengan geometri Euclid. Seperti yang kita ketahui, rumus pada pythagoras ini yaitu:
c adalah sisi miring atau yang biasa disebut dengan hipotenusa, a dan b adalah sisi lainnya dari segitiga. Pada saat itu, pernyataan itu diragukan oleh banyak pihak, sehingga penemuan yang berhubungan dengan pembuktian pythagoras menarik untuk diteliti. Sekitar abad ke – 10, seorang astronot, matematikawan, serta arsitektur yang berasal dari Iran bernama Abul Wafa Buzjani (940-988). Beliau lahir pada tahun 940 di Khorasan, Iran. Beliau diberi gelar “mohandes” geometri, artinya orang yang ahli di bidang geometri. Salah satu matematikawan islam pada abad ke 10. Pada awalnya, trik dengan segitiga dibuat oleh beliau. Abul Wafa menggunakan tiga buah segitiga yang identik, kemudian ada segitiga yang paling besar, sehingga segitiga tersebut menjadi 4 buah seperti yang digambarkan berikut.
Gambar 1 Langkah selanjutnya, buat garis segitiga sehingga menggabungkan ketiga segitga tersebut seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2 Setelah dibuat garis,
Gambar 3 Kemudian dengan menggunakan trik, ketiga segitiga tersebut identik maka potongan sebagian segitiga tersebut menjadi seperti di bawah ini, kemudian diletakkan pada area yang dilukis garis segitiga besar sebelumnya.
Gambar 4 Hasil dari segitiga yang telah dibagi menjadi seperti berikut. Jadilah segitiga besar (gambar sebelah kanan) merupakan penyelesaian Buzjani.
Gambar 5
Gambar 6 Segitiga tersebut berdasarkan teori geometri pada sudut yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 7 Pembuktian Abul Wafa berawal dari seorang arsitek yang menggunakan metode memotong dan mengkonstruk kembali bangun persegi dengan tidak benar sehingga konstruksi tampak seperti berikut:
Gambar 8 Kontruksi yang tidak benar dari tiga persegi, asli berasal dari Persia
Gambar 9 Buzjani tidak setuju dengan adanya persegi dalam penyelesaian kontruksi tersebut karena seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas, masih ada sisa bagian dari kontruksi bangun sebelumnya atau bisa disebut lebih besar pada salah satu panjang sisinya. Diagonal pada √2 ≠ 1,5 walaupun √2 = 1,41 ≈ 1,5. Sehingga, kontruksi pada bangun di atas tidak bisa dipahami. Kemudian Buzjani secara matematis memperbaiki kesalahan tersebut dengan metode membagi dan menyusun kembali bangun yang disediakan sebelumnya.
Gambar 10. Penyusunan persegi dari tiga persegi yang sama panjang.
Gambar 11. Penyusunan yang ditunjukkan oleh persegi, asli dari Persia. Jika kita ingin menyusun persegi dari tiga buah persegi yang sama, maka pertama bagi persegi sesuai dengan salah satu diagonal sehingga ditunjukkan dengan sisi AG dan EH. Kemudian, menggabungkan antara segitiga dengan sisi BZ, ZW, WD, DB. Adapun area yang kosong untuk segitiga sehingga sisa dari bagian persegi akan dipasangkan di area tersebut. Jadi, segitiga BGM sama dengan segitiga MZH, G dan H setengah dari sudut siku – siku (teorema setengah dari sudut siku – siku). Kemudian meletakkan segitiga MZH di segitiga BGM. Dengan cara yang sama, segitiga DGE dipindahkan ke WEK, ABO dengan DIO, begitu juga WHE dengan ZLE sehingga puzzle telah selesai. Abul Wafa menggunakan metode membagi (dissection) dan menyusun (construction) kembali untuk menuliskan lagi tentang pembuktian teorema pythagoras secara geometri. Dua bangun persegi yang tidak sama ditambahkan sehingga ada tiga buah bangun.
Gambar 12
Gambar 13 Gambar 12. Persegi kecil dan bangun persegi besar diletakkan dibagi, kemudian disusun kembali pada persegi yang besar, pembuktian secara geometris dari teorema phytagoras. Gambar 13. Menunjukkan bahwa c adalah hipotenusa dan kaki dari segitiga siku – siku.
Gambar 14. Digambar dengan teks asli Persia. Kombinasi antara dua persegi yang sama panjang sudah ada sejak masa Socrates. Cara Abul Wafa di atas, walaupun kedua persegi berbeda ukuran, beliau menempatkannya sisi persegi besar sehingga segitiga yang besar itu ada setelah adanya pembagian bangun persegi. Persegi kecil hitam adalah a2. Persegi abu – abu yang bertumpukan di belakang persegi hitam kecil adalah b2 (lihat gambar 12). Dan persegi yang lebih besar adalah a2 dan b2 merupakan c2 sehingga menjadi gambar 13. Abul Wafa telah mempelajari berbagai kelipatan dari persegi dan tertarik dengan menumpukkan “persegi yang ukurannya sama pada luas persegi ke n”. Beliau membedakan atas dua kasus, kasus yang pertama, “Jika panjang persegi adalah jumlah dua persegi maka (n=2m2)”. Dan pada kasus yang kedua, jika panjang persegi adalah penjumlahan dari persegi yang tidak sama, maka (n=2ab) yang mana a≠b, a,b ∈ bilangan asli. Pada kasus yang pertama, beliau memotong persegi (2m2) pada diagonal menjadi 4m2 segitiga yang kongruen pada persegi besar memuat persegi m2 pada keduanya. Cara ini digunakan untuk menutup bagian persegi dengan ukuran yang berbeda (seperti teorema pythagoras) sehingga bisa disimpulkan bahwa “dari 2ab tersusun 4 sudut segitiga siku-siku dengan panjang a dan lebar b. Kemudian tumpukan segitiga tersebut mengelilingi persegi yang memuat (a-b)2 pada persegi. Misalkan x adalah sisi dari persegi, maka x2 = (a – b)2 + 2ab = a2 + b2 Pada abad - abad sebelumnya, Euclid sebenarnya juga telah membuktikan teorema pythagoras dengan cara sebagai berikut:
Gambar 15. Pembuktian teorema pythagoras dari Euclid Dengan melihat segitiga siku-siku ABC, dengan C sudut siku-siku. Kemudian menarik garis dari titik C yang sejajar AP atau BQ sehingga memotong AB di D dan PQ di E, maka jika BC = a dan AC = b dapat ditunjukkan bahwa: Luas BDEQ = a2 dan Luas ADEP = b2. Kita dapat menentukan dua “bagian” persegi berbentuk persegipanjang dari hipotenusa, yang masing-masing luasnya sama dengan luas persegi pada sisi-sisi penyiku dari segitiga siku-siku yang diberikan, sehingga: a2 + b2 = luas BDEQ + luas ADEP = luas ABQP = c2 Perbedaan diantara pembuktian Euclid dengan pembuktian Abul Wafa adalah terletak pada langkah – langkahnya, serta prinsip geometri yang digunakan. Euclid menggunakan teorema kesebangunan segitiga sedangkan Abul Wafa menggunakan caranya sebagai seorang arsitektur yaitu dengan “memotong dan menyusunnya kembali”. Setelah adanya pembuktian dari Abul Wafa tersebut, para arsitektur mengembangkan diri dengan metode – metode sebelumnya, sehingga bentuk tersebut digunakan untuk membuat bentuk bentuk ornamen pada bangunan seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 16. Memotong dan menyusun persegi dari 5 buah bangun persegi, memotong dan menyusun dari 13 buah persegi. Dalam waktu yang lama, para arsitektur mengeksplor metode tersebut menjadi lebih menarik untuk ornamen seperti di bawah ini.
Gambar 17. Contoh ornamen dengan memotong dan menyusun persegi dari 13 buah persegi. Daftar Pustaka Nielsen, J.L.(2010). The Heart is a Dust Board: Abu’l Wafa Al-Buzjani, Dissection, Construction, and theDialog Between Art and Mathematics in Medieval Islamic Culture. University of Missouri: Arkansas city. http://kobotis.net/math/MathematicalWorlds/Fall2014/131/Presentations/pdf/MancillasK_p2.pdf http://p4tkmatematika.org/file/ARTIKEL/Artikel%20Matematika/Bukti%20Teo%20Pyth%20Euclid_revisi%20terbaru.pdf Sarhangi,R.(2008). Modules and Modularity in Mosaic Patterns, the Journal of the Symmetrion (Symmetry: Culture and Science), 2-3, Towson University: Towson

Sabtu, 16 Januari 2016

Filsafat Ilmu "Tugas Ujian Akhir Semester" "Fenomena Kehidupan Kita Dilihat dari Sudut Pandang Filsafat"

FENOMENA KEHIDUPAN SAAT INI DILIHAT DARI SUDUT PANDANG FILSAFAT


Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Filsafat Ilmu Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A






Disusun oleh:
Diana Amirotuz Zuraida (15709251066) (dianaamirotuz.blogspot.com)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap hari kita melewati siang dan malam, dari satu waktu ke waktu berikutnya, menembus ruang dan waktu yang ada. Dimensi diciptakan agar bisa membentuk sistem yang teratur yang mana terdapat tahap atau tingkatan kita dalam berpikir maupun hidup.
Ada banyak pikiran dalam benak dan pikiran kita, mengapa matahari bersinar siang hari? Mengapa hari ini berbeda dengan hari kemarin? Mengapa aku berbeda dengan aku beberapa tahun yang lalu?. Kita hidup menembus ruang dan waktu dan kita berhasil melewatinya. Yah, bisa dibayangkan jika kita tidak menembusnya, artinya kita mati. Sampai sekarang, jika kita masih bisa untuk bernafas maka kita hidup di dalam kehidupan. Di dunia ini banyak sekali kehidupan, kehidupan hewan, kehidupan tumbuhan, kehidupan manusia bahkan ada kehidupan di dunia lain atau dimensi lain yang mendiami pada suatu tempat tertentu. Kehidupan adalah sebuah anugerah dari Tuhan. Karena-Nya kita bisa bernafas, berkedip, berpikir, berbicara tanpa harus membayar biaya apapun.
Ketika hidup, kita dihadapkan berbagai masalah. Entah itu dari diri kita sendiri maupun dari orang lain. Masalah tersebut menimbulkan kejadian semakin lama semakin banyak dan sering dibicarakan oleh publik sehingga bisa kita sebut dengan fenomena. Fenomena yang terjadi pada zaman sekarang merupakan suatu kejadian yang tak bisa dihindari. Namun kita bisa berpendapat fenomena – fenomena yang terjadi ini berhubungan dengan ilmu yang kita kenal yaitu filsafat. Fenomena yang tidak jauh dari kehidupan kita yaitu salah satunya teknologi. Teknologi saat ini sangat dibutuhkan untuk membantu dalam pekerjaan manusia. Sejak berabad – abad yang lalu manusia sudah memikirkan bagaimana caranya untuk mempermudah sesuatu baik itu pekerjaan maupun peralatan. Maka hingga saat ini banyak perkembangan teknologi yang membawa pengaruh pada kehidupan kita. Untuk itu, penulis menggambarkan fenomena kehidupan kita yang dilihat dari sudut pandang filsafat.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kehidupan dalam sudut pandang filsafat? 2. Bagaimana perkembangan teknologi saat ini? 3. Bagaimana kehidupan kita dengan teknologi saat ini dalam sudut pandang filsafat?
C. Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan makna kehidupan dalam sudut pandang filsafat. 2. Mendeskripsikan perkembangan teknologi saat ini. 3. Mendeskripsikan fenomena kehidupan kita dengan teknologi saat ini dalam sudut pandang filsafat.
D. Ruang Lingkup 1. Kehidupan dalam sudut pandang filsafat 2. Teknologi yang berkembang dan banyak yang dibutuhkan saat ini 3. Fenomena kehidupan kita saat ini dengan adanya perkembangan teknologi dalam sudut pandang filsafat.

















BAB II PEMBAHASAN A. Kehidupan dalam sudut pandang filsafat Kehidupan itu berhubungan dengan aktivitas, berhubungan pula dengan waktu, tempat dan semua yang ada di sekitar kita. Aktivitas itu akan menjadi berbeda kejadian atau peristiwanya ketika kita memperhatikan dengan seksama hari ini dan hari berikutnya. Kok bisa seperti itu ya? bagaimana caranya? Sejak kapan bisa seperti itu?. Itu adalah serangkaian pertanyaan yang ada pada pikiran kita. Ketika berpikir, saat itulah kita berfilsafat atau mengungkapkan apa yang ada pada pikiran kita. Menyampaikan pendapat sesuai dengan pikiran kita yang tentunya harus sesuai dengan ruang dan waktunya. Hidup kita berdampingan satu sama yang lain yang menjadikan kita makhluk sosial. Tolong menolong sesama manusia ketika ada yang mengalami kesulitan.
Kehidupan masing – masing individu itu memiliki tujuan tertentu. Entah tujuan itu baik atau buruk semua tergantung pemikiran dari manusia tersebut. Kehidupan diri kita adalah salah satu bentuk dari struktur filsafat yang bersifat absolut karena kita adalah makhluk ciptaan Tuhan dan juga yang memiliki banyak pilihan. Karena itulah terdapat konsekuensi yang harus diterima dari pilihan itu.
Dalam filsafat hermeneutika, kehidupan manusia bisa digambarkan pada bentuk garis yaitu garis lurus dan garis melengkung membentuk lingkaran. Apa arti dari garis tersebut?. Arti dari garis yang membentuk lurus adalah garis yang tiada henti atau infinite yang memiliki makna bahwa gambaran kehidupan manusia yang mana tanpa adanya kendali atau kontrol maupun batas. Sehingga keadaan itu saat manusia terus menerus mencari kepuasan tanpa adanya prinsip atau pedoman yang membatasinya. Akibatnya, hidup menjadi tidak menentu ke arah mana yang ia tuju.
Salah satu faktor yang mempengaruhi manusia hingga kehilangan arah seperti yang digambarkan pada garis lurus tersebut yaitu tidak adanya kepercayaan yang dipegang atau dianut dalam hidupnya. Dengan kata lain orang yang tidak memiliki agama (atheisme).
Berbeda dengan orang yang digambarkan seperti garis yang melengkung membentuk lingkaran yang mana kita sebagai manusia secara absolut kembali kepada TuhanNya. Aktivitas bisa dikendalikan dan dikontrol sehingga hidup itu lebih terarah dan memberi manfaat.
Selain berpedoman kepada kepercayaan, manusia juga memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja keras atau kita mengenalnya dengan istilah ikhtiar. Dengan berdoa dan berusaha (berikhtiar) maka hati akan menjadi tenang, nyaman, selalu berpikiran jernih.
Dalam berusaha juga disarankan untuk selalu mengingat Tuhan agar semua yang kita kerjakan lancar dengan melewati hambatan – hambatan yang menghalangi. Pada agama islam, ada aturan absolut, wajib yang dikerjakan setiap hari yaitu shalat sehari semalam dilaksanakan sebanyak lima kali. Jika tidak mengerjakannya maka hal itu dianggap salah dan berdosa.
Berusaha dan berdoa memerlukan keikhlasan dalam melaksanakannya. Ikhlas dalam hati sehingga apapun yang kita kerjakan mendapatkan manfaat dan ridha dariNya. Selama ini kita melakukan ikhlas itu sulit. Mengapa? Karena kita masih sering memikirkan suatu hal yang kita rasa berat/ menjadi beban pikiran. Ketika berdoa hendaknya tak memikirkan masalah duniawi. Berdoa merupakan bentuk komunikasi makhluk terhadap TuhanNya. Seperti inilah suatu bentuk usaha atau ikhtiar manusia dalam memohon dan bersyukur kepadaNya yang juga merupakan landasan spiritual dalam menjalani hidup maupun berfilsafat.
Selain itu, hidup juga termasuk menjaga sikap yang merupakan bentuk implementasi dari spiritual, misalnya menjaga sikap ketika bertutur kata dengan orang lain karena sikap – sikap itu akan menjadi sebuah kebiasaan yang akan kita lakukan dalam keseharian. Sikap itu bagaikan cover dalam diri kita sebagai manusia yang seperti apa? Baik atau burukkah kita?. Sikap juga berpengaruh pada intuisi kita. Intuisi bisa diartikan sebuah kemampuan yang ada pada diri kita yang berasal dari pengalaman maupun pengetahuan yang telah didapat sehingga bersintesis semakin lama semakin berkembang menjadi suatu keahlian maupun keterampilan.
Kemampuan itu adalah hasil dari usaha yang telah dilakukan seseorang agar bisa menciptakan sesuatu yang kreatif dan bisa dikembangkan termasuk ke dalam bidang – bidang tertentu dan tentunya dengan harapan agar bisa bermanfaat di masa sekarang maupun mendatang.
Setelah mendapatkan kemampuan dalam diri kita, hendaknya tidaklah bersikap sombong di depan yang lainnya karena kemampuan kita itu tidak ada apa – apanya di mata Tuhan sehingga tetap rendah hati dan ingat kepada Tuhan. KarenaNya kita jadi memiliki kemampuan lebih yang bisa bermanfaat bagi orang lain dan tentunya diri sendiri. Selain itu, tetap berusaha kemampuan dengan mencari ilmu, membagikan ilmu untuk orang lain, dan sebagainya.
Saat ini banyak manusia yang mengembangkan kemampuannya di bidang teknologi. Perkembangan ini sebenarnya sudah dilakukan oleh orang – orang terdahulu selama berabad – abad lamanya. Namun karena manusia dari generasi ke generasi berikutnya diberikan anugerah kemampuan yang lebih di bidangnya maka alat – alat teknologi saat ini banyak digunakan dan terus menerus berinovasi.
B. Teknologi yang berkembang saat ini Kehidupan itu terus menerus maju ke depan, masalah semakin beragam, kebutuhan juga semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk.
Era saat ini sudah banyak yang berganti dari era – era sebelumnya. Sebelumnya, penduduk kita sama sekali belum mengenal yang namanya teknologi. Alat komunikasi dan transportasi masih berupa mesin – mesin yang disusun secara rumit dan ukurannya pun juga besar. Selain itu, jarang orang menggunakan alat – alat seperti itu kecuali orang – orang yang benar – benar membutuhkannya dan memiliki uang yang banyak (orang kaya atau konglomerat) untuk membeli alat tersebut.
Indonesia pada saat yang sama, banyak kesusahan dan kesulitan dimana – mana termasuk kemiskinan sedang merajalela. Alat komunikasi seperti telepon pun hanya beberapa saja yang menggunakannya bahkan alat transportasi pun sedang terbatas sehingga masih ada kendaraan yang ditarik oleh hewan dalam menggerakkannya seperti delman (ditarik oleh kuda).
Alat komunikasi pada zaman dahulu seperti telepon, walaupun hanya sedikit orang saja yang memiliki, proses dalam berkomunikasi dengan alat tersebut juga tidak bisa secara langsung. Adapun orang yang bertindak sebagai operator telepon yang bertugas menggerakkan bagian – bagian mesin telepon yang berukuran besar agar suaranya sampai kepada telepon yang dituju. Jika komunikasi jaraknya lebih jauh lagi menggunakan surat yang ditulis dengan tinta kemudian dikirim dengan menggunakan jasa kantor pos atau dengan bantuan burung merpati.
Selain itu, radio sudah banyak digunakan untuk berkomunikasi satu arah. Malahan, pada zaman penjajahan Jepang, radio merupakan alat komunikasi yang sering digunakan untuk menyebarkan berita kepada masyarakat selain hanya koran – koran maupun selebaran yang disebar di jalanan. Sekarang kita lihat era modern, dimana semua alat komunikasi dan alat transportasi lebih canggih. Televisi dimiliki oleh siapapun, tele pon maupun handphone juga semua orang memilikinya tanpa kecuali. Bahkan internet saat ini juga semakin menjamur.
Lebih jauh lagi, majalah – majalah sebagai alat komunikasi pun juga mengalami perkembangan dari segi bahan, kertas, gambar, dan berbagai bahan berita yang dikemas juga dengan bahasa yang gaul dan lebih modern. Komputer juga semakin lama semakin ringan. Bentuk dan struktur mesinnya juga kecil yang disebut dengan leptop sehingga memudahkan penggunanya dalam membawa alat tersebut ke berbagai tempat dan praktis serta fleksibel jika disimpan.
Siswa sekolah saat ini banyak menggunakan alat komputer dan leptop agar dapat mempelajari dengan mempraktikkan teori – teori dalam komponen komputer termasuk software dan hardware. Ilmu komputer bisa dikatakan, bekal yang disiapkan untuk siswa dalam menghadapi zaman modern agar tidak jadul atau gaptek.
Pendidikan yang lebih tinggi juga banyak memanfaatkan komputer sebagai alat komunikasi maupun alat kerja dalam membantu pekerjaan sehari – hari yang berupa laporan atau karya ilmiah.
Komputer maupun gadget lain sudah berinovasi secara bertahap sehingga setiap beberapa periode tertentu menawarkan (menjual) fitur – fitur baru, yang dapat menarik para pengguna bagi yang membutuhkannya. Entah digunakan untuk bekerja maupun hanya untuk bersenang – senang.
Isi dari komputer dan gadget yang berisi software pun mengikuti gaya dan susunan pada leptop saat ini. Sekarang banyak yang menggunakan aplikasi windows yang sudah berkembang selama bertahun – tahun. Windows yang sudah berkembang tersebut sudah mencapai tipe 7 hingga 10 paling terupdate. Dalam kehidupan kita saat ini tidak jauh dan tidak lepas dari yang namanya teknologi. Tanpa adanya teknologi, kehidupan manusia bisa dibilang mati atau kurang sejahtera. Sehingga teknologi modern dapat menjadi sebuah pendukung dalam menatap masa depan.
C. Fenomena kehidupan kita saat ini dengan adanya perkembangan teknologi dalam sudut pandang filsafat. Zaman sudah modern, segala sesuatu semuanya serba instan, praktis dan fleksibel. Teknologi seperti handphone, TV LCD serta leptop, semua orang membutuhkan dan memanfaatkan untuk kepentingan mereka. Contoh alat yang sangat dibutuhkan saat ini adalah handphone. Siapa coba yang tidak memiliki handphone?. Semua orang memiliki handphone. Handphone digunakan untuk berkomunikasi dua arah dengan jarak jauh bahkan hingga di luar negeri. Handphone tidak hanya untuk berkomunikasi saja tetapi digunakan untuk hiburan ketika keadaan sedang stress karena adanya fitur game dan internet.
Selanjutnya, alat yang dibutuhkan dalam pekerjaan selain handphone adalah leptop (komputer). Leptop digunakan untuk menuliskan laporan berupa tulisan yang diketik, yang disimpan dalam bentuk file dan dicetak menggunakan alat yang disebut dengan printer. Leptop juga memiliki fitur internet yang memudahkan untuk mencari informasi apapun yang up to date. Saat ini leptop banyak dimanfaatkan di bidang pendidikan misalnya perguruan tinggi bahkan sekolah menengah yang mampu (ekonominya) bisa memiliki leptop.
Begitu banyaknya yang memanfaatkan teknologi di kehidupan. Untuk melepas ketergantungan pada teknologi ini pun tidak bisa karena kita selalu membutuhkannya setiap waktu. Adanya teknologi yang semakin lama semakin canggih dan inovatif ini menimbulkan berbagai dampak pada setiap penggunanya, entah itu dampak positif maupun negatif.
Dampak positif yang terjadi dalam hidup kita adalah teknologi dapat membuat kita semakin mengetahui ilmu pengetahuan baru dan membuat pekerjaan menjadi lebih ringan maupun praktis.
Sedangkan dampak negatif yang terjadi saat ini adalah contohnya banyak anak di bawah umur sudah bisa memainkan gadget seperti hanphone, tablet, dan lain sebagainya. Padahal benda – benda tersebut seharusnya dikhususkan bagi remaja maupun orang dewasa yang benar benar membutuhkan. Memperkenalkan gadget pada anak kecil bisa berdampak negatif bagi pemikiran dan kesehatan tubuhnya. Pemikirannya bisa sangat bergantung pada permainan – permainan yang ada di dalamnya sehingga kurang dalam bersosialisasi dengan temannya. Gadget bukan pembedadalam bersosialisasi dengan teman – teman lainnya. Bahkan banyak anak yang terpengaruh oleh film maupun acara – acara yang diselenggarakan dalam media misalkan televisi sehingga mereka ingin mencoba meniru gaya, model, maupun cara berpikir. Jadi untuk anak kecil sebaiknya agar selalu diawasi oleh orang tua agar dalam bersosialisasi dengan teman – temannya dan tidak bergantung pada gadget.
Dampak negatif lainnya yaitu gadget dapat menimbulkan suatu permasalahan. Hanya karena gadget, kriminalitas juga bisa semakin banyak contohnya saja, pencurian handphone, leptop, penodongan, perampokan, pengeboman, pembegalan dan lain sebagainya. Dalam keluarga (suami dan istri) pun juga bisa jadi pertengkaran hanya karena pesan yang membuat istrinya marah sehingga menimbulkan perbedaan persepsi maupun kesalahpahaman antara keduanya.
Adapun fenomena lain yaitu gadget menimbulkan keterlambatan dalam melaksanakan waktu shalat (dalam islam) sehingga seseorang saat ini lebih mementingkan gadgetnya (handphone, leptop, tablet, dll) daripada waktu untuk berdoa. Dengan kata lain, sekarang banyak orang yang menghabiskan waktunya dengan gadget daripada dengan orang lain.
Itu semua adalah gambaran dari fenomena dalam filsafat yang disebut fenomena Compte. Mengapa? Karena dalam pendapat Auguste Compte, agama itu strukturnya berada dibawahnya dunia. Bisa dikatakan orang lebih memilih dunia dahulu daripada akhirat. Pengaruh powernow yang berdasar pada salah satu aliran yaitu hedonism masih mengelilingi zaman berteknologi ini. Mereka menebarkan pengaruh – pengaruh yang bisa berdampak tidak baik pada kehidupan kita. Untuk itu, kita harus bisa memilah – milah mana manfaat yang baik dan yang buruk bagi kita. Bentengi diri dengan spiritual agar bisa mengontrol diri kita dari pengaruh yang tidak baik tersebut. Karena sekali terjebak, dan seterusnya hidup akan menjadi berantakan.















BAB III PENUTUP Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi dalam kehidupan kita membawa dampak baik maupun buruk bagi kita tergantung dari pilihan kita masing – masing. Dan dari pilihan itu, kita mendapatkan sebuah konsekuensi yang menguntungkan atau yang merugikan bagi kita. Fenomena – fenomena tersebut banyak terjadi pada sekeliling kita, yang berdampak pada hilangnya nilai moral, sosial dan spiritual bahkan secara psikologis. Untuk itu, cerdaslah dalam memilah – milah dalam menggunakan teknologi agar membawa manfaat yang positif bagi kehidupan dan lindungi diri dengan spiritual agar tidak terjebak pada kesalahan yang berakibat pada penyesalan nantinya.
(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ UAS Filsafat Ilmu/ Ruang 106 Gedung Pascasarjana lama UNY/13 Januari 2016/07.30)

Jumat, 01 Januari 2016

Filsafat Ilmu Pertemuan Terakhir; "Fenomena dalam hidup "

Pada hari Rabu tanggal 30 Desember 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang 1.16 A gedung Pascasarjana baru UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti proses perkuliahan.

Fenomena compte lebih memilih dunia nya dulu, sehingga pada realitanya memilih hp dulu baru melakukan sholat. Padahal pada zaman dahulu saja masih banyak yang miskin. Sekarang bisa kita lihat bahwa banyak masyarakat yang kaya. Hari ini, kita dapat menikmati kekayaan yang lain, yaitu kekayaan waktu karena kita memiliki banyak dimensi. Sebenar – benar hidup adalah psikologi, maka berumah tangga itu harus cerdas psikologinya. Berpsikologi itu penting kepada siapa saja. Semua itu ada pengetahuan untuk melakukannya.

Filsafat itu andaikan, pikirkan, dll. Seperti notion beliau, jika ada yang sulit, mengapa dipermudah. Beliau selalu bereksperimen dengan pendapatnya. Zaman sekarang sudah berlaku hukum rimba. Dimana yang berkuasa, dialah yang menang. Banyak hal disekitar yang dilakukan oleh manusia untuk bergerak dan bekerja. Kita bisa bereksperimen sendiri untuk membuktikan sebuah paertanyaan – pertanyaan dalam diri kita masing – masing agar kita juga tak terjebak dalam mitos – mitos.

Motivasi, kegiatan, cita – cita sudah ada arahnya. Ranah itu lebih ke ilmu psikologi. Untuk filsafatnya yaitu ontologisnya, strukturnya, wadah dan isinya motivasi. Sehingga motivasi itu berstruktur, kita sendiri juga berstruktur. Petanyaannya, batu itu apakah memiliki motivasi? Namun yang motivasi adalah subjeknya. Motivasi yang paling mendasar adalah motivasi spiritual. Karena spiritual adalah yang dipegang teguh dalam segala hal. Paksaan itu juga tidak baik, karena hidupnya bisa saja tidak tenteram, namun hidup itu harus mensyukuri apapun yang ada.

Fenomena yang ada saat ini di sekitar kita adalah fenomena Compte yang mana lebih memilih dunia daripada akhirat. Dalam berfilsafat, melihat fenomena itu menjadikan kita bisa berfilsafat sehingga bisa mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Mencari kebenaran dalam filsafat. Selain itu, motivasi juga penting untuk kita, tanpa adanya motivasi, kita merasa takkan ada yang mendukung apapun yang kita lakukan. Motivasi itu diibaratkan sebagai suplemen yang dapat mengisi energi kita untuk tetap mengembangkan dimensi yang kita miliki.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang 1.16 Gedung Pascasarjana baru UNY/30 Desember 2015/07.30)

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 12; "Tantangan kita dalam pandangan filsafat"

Pada hari Selasa tanggal 29 Desember 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang 101 A gedung Pascasarjana lama UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti proses perkuliahan.

Ikhlas dalam hati dalam filsafat itu yang utama dari segala utama, dari lahir hingga mati. Tiadalah manusia itu mampu diri sendiri tanpa pertolongan Allah swt. Semua benda adalah keikhlasan, besi ditempel dengan semen. Tanpa keikhlasan semen, maka tiadalah menjadi bangunan. Berdoa merupakan bagian dari keikhlasan, karena jika tak ada keikhlasan maka doa tersebut juga bisa saja tidak terkabul. Ikhlas itu berlaku bagi semua orang. Terkabulnya doa itu karena dijalankan/ berusaha. Berdoa berkali - kalipun juga belum ada jaminan bahwa keinginan kita terkabul. Jika keikhlasan diperoleh kemudian dikatakan, maka itu dinamakan tidak ikhlas. Menurut prof. Marsigit Ikhlas itu transformasi, barang siapa yang mengaku aku di depan Tuhan maka terlempar jauh dengan kata lain terlempar ke neraka. Ada fase doa yang mana kesadaran pikir itu harus berhenti, niscaya Allah mengabulkan doa. Mencari keikhlasan harus ada yang membimbingnya agar semua berjalan sesuai dengan aturan yang benar.

Semua pertanyaan itu ada jawabannya, hanya perlu dijawab atau tidak. Semua tergantung situasi dan kondisi, perlu diungkapkan atau tidaknya. Pertanyaan itu yang ada dan yang mungkin ada. Ilmu itu bagaikan guru. Kebenaran tertinggi itu ada dua macam, kebenaran relatif dan kebenaran absolut. Kebenaran relatif ada pada manusia, kebenaran absolut adalah Tuhan.

Dalam filsafat tak ada yang dinamakan kebohongan, yang ada hanya tidak tepat pada ruang dan waktu, tidak sopan terhadap ruang dan waktu, dan orang yang tidak sopan terhadap ruang dan waktu itu bodoh. Berbohong itu juga memiliki dimensi, ada yang berbohong demi kebaikan, ada yang tidak. Sebenarnya apapun yang kita katakan setiap hari adalah suatu bentuk dari filsafat, termasuk tokoh – tokoh filsufnya.

Logika itu resep makanan. Logika itu sebagai penjamin dari kepercayaan. Misalkan sebuah riwayat hidup itu membuktikan bahwa orang itu dicurigai sebagai teroris maupun tidak. Pengalaman itu adalah logis, jika tidak logis maka hidup itu tidak sehat. Logika itu berdimensi, sehingga pada waktu yang berbeda, kita juga harus naik dimensi, artinya kita harus menyesuaikan ruang dan waktu pada saat itu. Tantangan terbesar dalam hidup ini adalah keikhlasan. Bisa ikhlas itu adalah sebuah rejeki. Banyak orang yang seakan – akan mampu mengurusi dunia. Spiritualisme itu penting tak peduli orangnya, karena itu merupakan kecerdasan hati. Keikhlasan merupakan kecerdasan hati. Surganya di dunia itu adalah mencapai keikhlasan.

Jika hidup sesuai dengan hermeneutika hidup, dipilah seseuai dengan ruang dan waktunya. Sebenar – benarnya hidup itu interaksi antara ruang dan waktu. Tanpa menyebut hermeneutika, maka kita sudah berhermeneutika. Misalkan, berbicara, bernapas, bekerjasama itu sudah hermeneutika. Prinsip umum berpikir adalah filsafat ilmu. Filsafat itu yang bisa menjangkau ke semua zaman, bukan hanya filsafat kontemporer.

Ikhtiar yang tidak dilandasi dengan nafsu, secara intuisi terdapat nafsu yang baik dan tidak baik, seperti motivasi, kegiatan sosial dll. Menurut pak Marsigit, kita semua tidak terlepas dari sisi negatif, karena semua itu adalah kodratnya. Kita masuk ke suatu keadaan sehingga menjadi negatif

Dalam hal – hal yang gaib, paranormal itu adalah intuisi. Untuk mengetahui apapun yang dipikirkan. Ketika mengolah hati, mencapai saraf sensitivitas, baik tata cara, perilaku, makanan, dsb itu harus dijaga. Kita itu punya daya sensitivitas yang mana masih lemah, masih tergoda kesana kemari. Maka ketika ilmu itu jatuhnya ke hati, maka iman kita masing – masing itu di hati. Jika ilmu dalam pikiran sudah berubah, bisa saja iman berubah juga. Itulah sensitivitas, dari common sense sampai spiritual. Mengolah hati dari sisi common sense bisa dengan lagu yang didengarkan. Jika dihubungkan dengan spiritual, makhluk halus itu potensi buruk, sesuatu yang buruk itu dirasakan dalam hati. Buruk itu adalah ekornya setan. Makhluk halus itu subjektif. Tidak semua orang bisa merasakan sensitivitas tersebut. Sebenar – benar kuasa Tuhan adalah kun –fayakun. Ingin membuat baik seketika dan membuat buruk seketika. Doa itu tidaklah bermain – main. Sehingga paranormal disebut medium.

Untuk urusan masa depan, Mengira – ngira masa depan di Indonesia itu seperti apa bagaikan stadion yang memiliki berbagai pintu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sangat susah untuk memprediksi bagaimana gambaran masa depan pendidikan Indonesia. Karena Indonesia disebut dengan mencari jati diri. Hidup kita ini masih dalam kontemporer. Misalkan seperti saat ini kita tidak dapat meninggalkan handphone. Kita hidup dalam kontradiksi dan anomali, dan anomali itu adalah ciri – ciri kontemporer. Kita semua bisa disebut munafik dalam hidup ini, manusia tidak dapat lepas dari kemunafikan. Persoalan di Indonesia ini menjadikan masalah terus – menerus bertambah, bukan malah semakin berkurang.

Kontemporer itu berjalannya dari barat ke timur, dan dari utara ke selatan. Bagaikan burung bangau yang terbang dari utara ke selatan, filosofi orang China dan Jepang. Jepang menganggap dirinya pusat pembaruan, pusat teknologi, pusat perdagangan. Sehingga negara – negara dari utara hingga ke selatan mengikuti aliran kontemporer tersebut. Orang Jepang menganggap Indonnesia itu ekornya. Mereka itu kaya, karena kebodohan orang Indonesia. Sehingga masyarakat MEA itu adalah nyanyian kontemporer. Trisakti dari Soekarno sekarang hanya istilah saja. Satu – satunya cara yaitu harus redefinisi lagi istilah pada trisakti tersebut. Gaya kontemporer sekarang sudah menjadi terbiasa misalkan seperi kredit sepeda motor atau apapun itu menjadi marak. Keadaan kontemporer ini mengajak kita dalam dua arah, yaitu menjadi robot atau menjadi setan. Dengan terpaksa, kita menjadi robot. Namun, tetaplah hati kita tetap terjaga dengan adanya spiritual.

Dalam kehidupan, banyak hal yang berkaitan dengan filsafat secara langsung maupun tidak langsung. Hal yang terkait dengan spiritual adalah keikhlasan. Keikhlasan adalah hal yang tersulit yang dilakukan oleh manusia ketika sudah berada dalam kebahagiaan dan kesenangan. Kita hanya bisa berikhtiar dan berusaha dengan sebaik – baiknya. Memanfaatkan logika kita dengan baik, diiringi dalam setiap langkah dengan doa. Adapun didunia ini yang tidak dapat kita lihat dengan kasat mata, menyadarkan kita bahwa kekuasaan Tuhan itu luar biasa. Karena kuasa Tuhan pula, zaman pun ikut berganti menjadi zaman yang kontemporer, sehingga tetap memegang spiritual sebagai alat untuk mengontrol hidup kita.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang 101 A Gedung Pascasarjana lama UNY/29 Desember 2015/07.30)

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 11; "“Pikiran dalam Filsafat”"

Pada hari Selasa tanggal 22 Desember 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang aula gedung Pascasarjana baru UNY pukul 15.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti proses perkuliahan.

Lupa dalam filsafat itu berdimensi. Bagi yang memikirkan juga berdimensi. Yang dipikirkan juga berdimensi. Jika lupa itu dijalankan maka lupa itu diintensifkan lupa formal material spiritual. Kalau diekstensikan, lupa disini lupa disana, lupa kemarin, lupa yang akan datang, lupa sekarang. Dari sisi filsafat nya lupa epistimologis, ontologis dan aksiologisnya. Itulah dunianya lupa. Jika dewa yang lupa itu bijaksana, dan jika daksa yang lupa, maka disebut bodoh. Secara psikologis, lupa ada unsur genetika, lupa dalam artian mekaniknya yaitu otak, memory, ingatan. Layaknya sebuah komputer yang memiliki komponen yaitu ALU( arithmetic logical unit), Storage Unit, Control Unit. Memori ada dua macam, RAM dan ROM. Ingatan itu bermacam – macam, ingatan ada yang netral, dari segi strukturnya, ingatan itu adalah wadah dan isi.

Ingatan itu berstruktur. Misal rumus yang diingat dalam halaman buku. Ada yang mengingat tentang denah dari gedung. Itu juga disebut berstruktur. Dari segi bahasa, bahasa singular dan plural, kalimat majemuk. Jika orang tidak bisa melupakan sesuatu maka dia disebut tidak sehat. Dalam doa jangan pernah ingat. Karena jika ingat, maka kamu disebut sombong. Doa itu milik Tuhan. Manusia itu berusaha untuk berdoa. Memiliki ingatan itu juga baik dalam tes. Ingatan itu penting agar mencapai skor yang tinggi. Ingatan itu ada di pikiran. Ingatan dan lupa itu saling melengkapi.

Ingatan manusia itu reduksi. Ketika kita memikirkan presian hari ini, maka ingatan tentang presiden – presiden sebelumnya tidak bisa diingat. Ingat dan lupa itu dinamis. Secara psikologi, konteks itu penting untuk orang menjadi ingat karena ingat dan lupa itu merupalan struktur dunia. Struktur ingatan itu diatasnya ada memahami teori yaitu teori taksonomi bloom. Tak hanya sekedar ingatan, namun menginformasikan, mengajar sehingga ingatan itu bisa kokoh terkoneksi dengan banyak sifat dengan menambah pengalaman sehingga ingatan tersebut membentuk struktur yaitu struktur ingatan.

Dalam hal pendidikan, kurikulum 2013 apakah semua mata pelajaran harus menggunakan metode saintifik. Pada matematika juga masih sulit untuk menggunaka metode tersebut. Misalkan matematika SMA. Seyogyanya metodenya diserahkan masing – masing oleh pendidiknya. Disini sering disebut fenomena compte karena lebih menentukan kepentingan dunia daripada akhirat.

Kata dalam filsafat kritis, Criticism itu domain dari akademik. Yang bersifat kritis itu si pemakai. Subjeknya. Filsafat criticism ada mengungkap sfilsafat. Kritik artinya mengungkap sebenar – benarnya secara epistemologi, ontologi dan axiologi. Hermeneutika berstruktur, bahagia berstruktur juga. Dari sisi spiritualnya yaitu takdir. Sebelum itu, ada yang namanya mitos. Adanya mitos agar lestari tempatnya.

Hidup itu tak lepas dari yang namanya lupa, pikiran kita ibarat sebuah memori yang dalam dalam mesin. Ketika mesin itu datanya dihapus, ada tempat yang mana dapat merecovery data tersebut. Ada cara untuk mengingatkn kembali tentang hal yang lupa tersebut. Namun perlu kita ketahuii, seseorang lupa itu merupakan sebuah anugrah yang harus disyukuri. Manusia sebenarnya hidup sempurna dalam ketidaksempurnaan. Dalam realita kehidupan, selain pikiran itu terdapat unsur lupa. Adapun unsur dalam pendidikan yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 itu kurang cocok digunakan dalam ilmu matematika yang sifatnya eksak. Sehingga fakta di lapangan masih banyak yang tidak mengggunakan kurikulum berbasis metode scientific ini.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang Aula Gedung pascasarjana baru UNY/22 Desember 2015/15.30)

Minggu, 20 Desember 2015

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 10; "Tentang Tes Tanya Jawab Singkat"

Pada hari Rabu tanggal 2 Desember 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang PPG 1 gedung FMIPA UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti proses perkuliahan.

Tes jawab singkat diadakan lagi oleh bapak Marsigit. Setelah adanya tes ini, kami terkejut karena kita diminta untuk menyalahkan semua jawaban kita hingga tak ada yang dibenarkan. Tentu saja nilai kami semuanya 0, atau tiada apa – apa. Namun bapak memperlakukan kami seperti ini karena memiliki alasan tersendiri, kami tadak mengetahui apapun. Setelah itu, bapak mulai menjelaskan bahwa sebenarnya tes jawab singkat itu adalah mitosnya bagi kami semua. Maksud bapak Marsigit mengemukakan nilai 0 seperti ini untuk menyempurnakan, sehingga tidak ada yang memiliki nilai – nilai yang lain. Bapak menjelaskan bahwa tidak ada yang perlu disombongkan, dalam tanya jawab singkat itu sebenarnya berupa penjelasan dengan bahasa masing – masing. Menurut bapak, tes tanya jawab seperti ini bukan jalannya filsafat. Filsafat itu membaca dan olah pikir sehingga bapak menghimbau untuk membaca elegi – elegi dengan ikhlas pikir dan ikhlas hati.

Ilmu itu ada di dalamnya kontradiksi. Dalam soal tes tanya jawab, adapula yang berisikan identitas dan identitas masyarakat. Alasan pula jawaban disalahkan karena memang belum sampai pada dimensinya. Maka, pada saat ini juga kami diminta untuk bertanya tentang tes tanya jawab. “Fatalnya vital”, vital itu diartikan sebagai ikhtiar, sedangkan fatalnya adalah doa. Mereka ada dalam satu rangkaian. Doa itu kontekstual dengan ruang dan waktu. Ikhtiarnya doa, jadi berusaha kemudian berdoa seperti ingin naik haji maka harus mendaftar terlebih dahulu. Seperti itulah contoh dari fatalnya vital.Pengalaman bapak Marsigit ketika ditanya tentang doa, apa hubungan doa dengan matematika. Kemudian beliau menjawab bahwa dalam melakukan sesuatu itu penting untuk menyebut nama Tuhan.

“Sikliknya Linear”,“Linearnya siklik”, linearnya itu tidak akan bergerak pada tempat yang sama. Dan sebaliknya, lingkaran itu juga tidak selalu pada tempat yang sama. Hari itu berjalan, waktu itu berjalan dan tidak mungkin tidak ada perubahan dari hari ke hari selanjutnya. “Intensifnya ekstensif”, “Ekstensifnya intensif”. Pengertian dalam ontologinya itu diuraikan seluas-luasnya. Intensifnya itu radik, artinya filsafat itu sedalam – dalamnya bisa di eksplorasi. “Rasionalnya pengalaman”, memikirkan pengalaman.” Pengalamannya rasional”, jadi ketika kita memikirkan ingin melakukan sesuatu, maka lakukan sesuatu itu.

“Dewanya daksa”. Subjek dan predikat tidak bisa saling dipisahkan. Jadi bisa diibaratkan “jika aku ada, maka engkau juga ada” “Disharmoninya harmoni”,”Harmoninya disharmoni”. Sehebat- hebat manusia itu merasa bahagia, ternyata tidak sampai mendapatkan kebahagiaan absolut. Manusia itu hidup sempurna dalam ketidaksempurnaan. Ketidaksempurnaan juga ada dalam kesempurnaan. Jika kesempurnaan itu ada dalam kesadaran, maka akan tidak bebas dalam hidup kita karena terlalu menyadari semua sesuatu yang terjadi pada diri sendiri.

“Analitiknya sintetik” memikirkan pengalaman. Analitik itu logika, sintetik itu pengalaman. Sintetik itu pasangan dengan apriori. Filsafat itu dijalankan, membaca elegi itu termasuk juga melaksanakan filsafat. Membaca yang membuat kita berpikir itu berarti kita bisa berfilsafat. “Identitasnya kontradiksi”, “Kontradiksinya identitas”, Misalkan A yang ada pada ruas kiri sama dengan A + 1. Prinsip ini ada pada ilmu komputer, jika tidak ada rumus ini maka program pada komputer pun tidak akan berproses. Sehingga identitas ini mengalami kontradiksi karena sifat itu termuat ke dalam subjeknya. Kontradiksi di dalam dunia ini adalah kuasa Tuhan, karena kuasa Tuhan itu absolut. Tak ada yang bisa melawanNya. Karena terjadi seperti itu, maka sebenarnya manusia itu kontradiksi. Kontradiksinya identitas itu seperti teorema dari Godel, matematika itu identitas, namun ketika ditambah semuanya, maka terjadilah kontradiksi. Semua itu merupakan permainan ruang dan waktu. Setelah ditemukan Godel, maka Hilbert yang mengemukakan (menarik bendera) kepada umum. Semua ilmu itu tidak bisa selalu konsisten, karena pasti ada kontradiksinya.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang PPG 1 FMIPA UNY/2 Desember 2015/07.30)

Selasa, 24 November 2015

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 9; "Filsafat yang bagaimana?"

Pada hari Rabu tanggal 18 November 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang PPG 1 gedung FMIPA UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti proses perkuliahan. Kemudian ada tes jawab singkat selanjutnya, dan saya mendapatkan nilai 4, alhamdulilah. Filsafat itu mencakup beberapa macam konteks yang berkaitan dengan hal - hal dalam hidup kita. Seperti contoh berikut:

Mengenai etnomatika untuk pengembangan budaya lokal. Pembelajaran matematika berbasis budaya. Suatu bentuk untuk memperkaya fondasi dengan berdasarkan budaya. Berorientasi kepada siswa, melayani kepada siswa. Guru tidak bisa bersifat otoriter. Maka perlu menyesuaikan untuk para siswa Mitos dan stigma.

Mitos itu yang mestinya dipikirkan, namun tidak dipikirkan. Kita lahir itu mitos. Misalnya, ada bidadari yang turun ke bumi membentuk pelangi sebagai jembatannya. Setelah ditemukan fakta, bahwa dari pembiasan sinar dari uap air / awan. Maka, jika masih ada orang percaya kepada yang bidadari itu melewati jembatan pelangi maka disebut mitos. Mitos dan logos itu relatif, bukan absolut. Mitos, bermilyar – milyar menyebutnya maka tidak akan bisa mendefinisikan mitos. Dunia itu ada batas – batasnya. Linear maupun siklis. Shalat itu bisa berubah menjadi mitos, jika kita tidak memikirkannya. Doa itu juga menjadi mitos, terkadang tidak tahu artinya. Hidup ini setengah mitos dan setengah logos. Jika dalam matematika setengah ditambah setengah maka sama dengan satu. Namun dalam filsafat, setengah ditambah setengah itu bisa bukan sama dengan satu. Maka dapat ditambahkan pula bagian itu ada iman dan taqwa. Kita sudah bisa melihat fenomena tersebut, maka itu merupakan dimensi kita sudah lebih tinggi.

Terkait Skepticism dan pyrronism. Satu rangkaian beda zamannya saja. Filsafat itu aliran pikiran. Para filsuf mengalir saja sesuai waktunya. Hermeneutika itu filsafat kontemporer(modern) namun fenomenanya sudah ada pada zaman dahulu. Orang ragu – ragu itu sudah ada pada zamdan Yunani kemudian di Blow up oleh rene descartes. Tidak mampu membedakan mimpi dan kenyataan. Meragukan yang ada dan mungkin ada. Dan mencari kepastian. Termasuk agama juga. Seperti Rene Descartes juga meragukan Tuhan, tetapi dia sudah menemukan adanya Tuhan karena tidak ada makhluk lain yang paling sempurna, kemudian dinamakan Tuhan. Hermeneutika itu juga dialektika. Filsafat itu juga memiliki batas, batasnya juga. Pada zaman Yunani, sebutan itu ditujukan kepada Hermes, dia disamakan dan disetarakan dengan Nabi Adam. Hermeneutika juga digunakan untuk menerjemahkan kitab – kitab. Dalam mendefinisikannya kita juga harus faham, dengan memberi arti/ maksud secara implisit.

Tentang Hermeneutika dalam konteks agama dan kitab suci. Semua tergantung ruang dan waktu konsepnya, semua tergantung rumus, Kalau filsafat itu terlalu singkat maka sangat menyakitkan untuk orang lain. Mengembangkan formula pada hermeneutika. Fennomena saintifik itu fenomena menukik/ menajam. Contohnya saja, Jika kita ingin tidur, maka ada 3 macam gaya. Hidup itu fenomenya lengkap, pilarnya itu menukik, mengalir dan mengembang. Kalau orang barat itu linier, maka bijaksana orang barat itu dapat mencari sampai ke mars. Hidup itu seperti spiral, harii ini ketemu rabu, besok ketemu rabu. Semua itu untuk kita bersyukur. Hidup itu membangun kepercayaan, keluarga, rasa cinta. Maka semua itu butuh ilmu untuk membangun itu semua.

Selain itu ada Theisme, percaya pada Tuhan. Jika Pantheisme itu satu TuhanNya. Orang jepang itu memiliki banyak Tuhan, Tuhan Gunung, Tuhan Laut, dll. Tanpa disadari saat ini kita telah memiliki tuhan yang banyak, sesuatu yang disukai, fanatik, hingga maniak. Tuhan harta, jabatan dan pangkat. Setiap hari yang dipikirkan adalah itu semua. Humanisme dalam filsafat dengan psikologi berbeda. Dalam psilkologi itu manusiawi, jika filsafat itu berpusat kepada manusia. Berarti Tuhan di marginalkan. Pemikiran itu memiliki dimensi, memiliki batas, memiliki makna. Itulah pentingnya membaca agar mengetahui dimensi dan strukturnya, sesuai dengan ruang dan waktunya. Dari beberapa fenomena di atas, dapat disimpulkan bahwa filsafat itu memiliki kehidupan, makna, arti. Filsafat yang belum dibuktikan itu adalah mitos, dan yang sudah terbukti yaitu logos.

"Hidupku dalam fenomena Compte". Dalam hidup, kita membutuhkan suatu alat komunikasi untuk berbicara satu sama lain tanpa harus bertemu. Kemudian karena perkembangan zaman dan teknologi semakin canggih sehingga memudahkan kita. Maka, dengan adanya hp yang sekarang sudah banyak di pasaran dengan segala macam merk dan harga dari ratusan ribu sampai jutaan, mereka banyak menghabiskan waktunya dengan hp daripada dengan orang lain. Karena gadget seperti hp ini, akibatnya sosialisasi antar masyarakat rasanya kurang erat.

Selain itu, hanya karena hp, banyak anak – anak yang memanfaatkan hp sebagai mainan, sehingga mainan – mainan tradisional atau warisan budaya semakin tergerus. Contohnya, di kota sekarang ini, apakah ada yang masih bermain dengan mainan dengan bahan kayu atau bambu? Sudah tidak ada lagi. Adapun lagu – lagunya juga, saat ini banyak anak – anak yang menyanyikan lagu – lagu orang dewasa, karena sudah tidak adanya lagu anak – anak. Lagu anak – anak pada zaman dahulu, berisi tentang nasehat, ilmu, bermain, benar – benar menunjukkan dunia anak. Hp semakin maju dan semakin canggih, anak semakin cepat mempelajari teknologi ini, sehingga bisa saja menyalahgunakan fungsi dari hp. Untuk itu, sebaiknya anak-anak juga harus diawasi ketika menggunakan hp atau jauhkan hp dari jangkauan anak – anak.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang PPG 1 FMIPA UNY/18 November 2015/07.30)

Senin, 16 November 2015

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 8; "Metode dan Fenomena yang dihadapi saat ini"

Pada hari Rabu tanggal 11 November 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang PPG 1 gedung FMIPA UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti proses perkuliahan. Filsafat itu intensif dan ekstensif. Dipengaruhi oleh ada, pengada, dan mengada. Fenomena dalam negara kita ini bermacam – macam. Menyikapi powernow pada saat ini kita harus menghadapi dengan cara berfilsafat. Kita bisa meniru unsur dasar binatang, bukan kelakuan binatang. Adapun yang namanya scientific, Metode scientific itu ukurannya sepertiga dari dunia. Fenomena menukik, intensif itu meneliti. Ada fenomena lain yaitu mendatar, misalkan hari rabu ini bertemu dengan hari rabu lagi. Sedangkan fenomena powernow itu dengan fenomena linear namun tidak mengetahui sampai mana garis tersebut. Adapun yang dibangun dalam diri kita, misalkan, inner beauty, kecantikan, doa.

Metode saintifik yang berkembang di Indonesia dengan aspek mengamati, menanya, dan mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Namun jangan salah, metode saintifik tidak bisa digunakan dalam hidup, misalnya metode saintifik tidak bisa digunakan untuk menikah. Makanya, yang benar saja, budi pekerti di Indonesia itu miskin. Metode saintifik yang sebenarnya ada aspek hipotesis dihilangkan dari struktur. Hipotesis itu berpendapat, setelah berpendapat kemudian dicoba. Jika memang metode saintifik aslinya seperti itu, kemudian diterapkan di negara ini menjadi berubah sehingga Pemerintah itu dosanya berat karena berbohong kepada rakyatnya. Metode pembelajaran itu harus diatur secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan, tidak bisa sembarangan. Indonesia itu negara kecil dan lemah, sehingga menjadi cabang powernow. Maka pejabat sekarang itu tidak memperdulikan budi pekerti dan mementingkan diri sendiri. Satu sama lain bisa saja saling menjajah, demokrasi hanyalah slogan namun uang tetap berjalan serta korupsi merajalela.

Fenomena Compte, contohnya alam diri kita sendiri, handphone kita tidak hanya satu, namun ada lebih dari satu, gara – gara handphone baru, keluarga bisa berantakan. Dengan adanya teknologi ada fenomena tecnopolly, menyerahnya budaya di telapak kaki teknologi. Orang bisa merekayasa budaya baru untuk kepentingannya. Semua orang mengikuti teknologi, memiliki hp baru kecuali orang sufi. Oleh karena itulah, Indonesia termasuk darurat budi pekerti. Menterinya aja diinterogasi KPK. Bagaimana bisa? menipu saja sudah dapat mobil atau yang lain. Negara Indonesia itu digambarkan seperti anak ayam dan negara adikuasa itu digambarkan oleh burung rajawali. Jadi, sekali saja anak ayam itu melawan, akan terkena pukulan kaki burung rajawali. Artinya negara Indonesia itu masih tergolong kecil dan kurang kuat.

Beralih pada individu, orang yang bersifat kaku itu tidak flexibel. Kesulitan menembus ruang dan waktu. Kaku ini mungkin dia memiliki prinsip. Prinsip adalah postulat dan sesuai konteks ruang dan waktunya. Misalnya, masuk rumah harus mencuci kaki atau tangan dulu. Jika diterapkan absolut, bisa menjadi masalah, karena kaku itu dimensinya tunggal, berusaha tertutup oleh ruang dan waktu. Sebenar – benarnya orang kaku bisa disebut dengan orang yang bodoh daan tidak cerdas. Pikirannya juga seperti batu dan tidak bisa melihat situasi dan kondisi. Oleh karena itu, pentingnya komunikasi dan luwes (tidak kaku). Sehingga sopan yang sebenarnya itu luwes serta bisa memahami orang lain.

Kecenderungan powernow menaruh struktur spiritual di bawah. Barkley merupakan ujung tombaknya powernow. Membangun itu adalah pilihan urusan dunia dan urusan akhirat. Auguste compte memilih dunianya, bukan spiritualnya. Pada zaman orde baru pak Suharto itu malah mengejar orang – orang yang berspiritual, termasuk yang sedang diincar itu adalah Gusdur (Abdurrahman Wahid). Indonesia belum mempunyai misi ke depan untuk 100 tahun. Dalam menangani pekerjaan, harus diimbangi dengan kerja, pikir dan doa. Bukan hanya kerja saja. Maka dari itu, visi presiden (kerja, kerja, kerja) masih harus dibenahi. Dunia sekarang itu dunia persekongkolan. Tanpa persekongkolan akan kalah. Metode, media, sebuah alat hedonisme, sesuatu yang bisa menyebabkan tidur, contohnya narkoba.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah metode itu tidak semuanya dapat digunakan. Kita harus benar – benar bisa memilah – milah mana yang baik untuk diri kita, mana yang tidak baik untuk diri kita. Semoga kita selalu ditunjukkan jalan yang benar. Amiin.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang PPG 1 FMIPA UNY/11 November 2015/07.30)

Rabu, 04 November 2015

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 7 "Antara yang ada dan mungkin ada; Meneropong lebih dalam tentang filsafat "

Hari ini tanggal 4 November 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang PPG 1 gedung FMIPA UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk duduk dengan meja. Kami tidak menulis namun merekam apapun suara bapak Prof Marsigit dalam proses pembelajaran. Di dalam filsaafat pokok persoalan itu "ada" dan "mungkin ada". Keterbatasan manusia tidak bisa menyebut semuanya. Jika manusia bisa menyebut semuanya, maka manusia tidak akan bisa hidup. Manusia itu reduksionisme. Artinya, membangun dunia pikiran diri sendiri, "duniaku". Misalnya, ingin membangun rumah, maka kita membeli material seperti batu, semen, pasir, dll. Dalam filosofinya, kita bisa memilih karakter, yang mana tesisnya tetap dan anti tesisnya berubah. Tokoh filsafat yang menganggap dunia itu tetap adalah Fermenides, sedangkan yang menganggap dunia itu berubah adalah Heracritos. Tetap itu untuk manusia adalah makhluk Tuhan hingga nanti. Manusia itu tidak bisa parsial, maka manusia menuju sempurna. Dunia yang tetap itu "di dalam pikiran", dan yang berubah adalah "di luar pikiran". Di dalam pikiran dalam filsafat disebut "Idealisme" dan di luar pikiran dalam filsafat disebut "Realisme". "Yang ada" itu disebut dengan mono, dalam filsafat disebut "monisme". "Yang mungkin ada" disebut dengan jamak, dalam filsafat disebut "pluralisme". "Yang ada" merupakan domisili para dewa(orang tua), dan "yang mungkin ada" merupakan domisili para daksa (anak - anak). Pemikiran untuk para dewa adalah abstrak sedangkan untuk daksa yaitu konkrit. Yang ada itu merupakan analitik serta a priori, dan yang mungkin ada adalah sintetik serta aposteriori. Sebenar-benarnya ilmu adalah "sintetik apriori"yaitu pemikiran dan pengalaman itu ada. Karena seseorang berpengalaman, maka muncullah Empirisme dengan tokohnya, David Hum. Jika itu hanya pikiran maka disebut dengan Rasionalisme, yang mencetuskannya Rene Descartes. "Ada" dan "mungkin ada" adalah struktur dunia.

Sekitar tahun 1671 merupakan zaman dimana filsafat itu menjadi filsafat yang modern. Dari zaman Yunani ke zaman modern itu mengalami perjalanan yang panjang. Tahun 3000 SM hingga 1671 dalam perkembangan pemikiran, sehingga ada fase kegelapan pada abad ke 13-16. Fase kegelapan yaitu munculnya pemikiran dominasi kebenaran oleh gereja. Pada masa itu, siapapun tidak boleh mencari kebenaran, kebenaran absolut dikendalikan oleh gereja. Karena jika ada yang mencari kebenaran itu sudah dianggap melanggar aturan sehingga hukuman pun berlaku. Korban dalam masa itu contohnya Galileo Galilei, yang mana beliau melakukan percobaan dalam mengukur kecepatan suara, beliau melakukan percobaan di gunung, kemudian dengan menggunakan api juga, sehingga dianggap melakukan praktik perdukunan. Ada banyak sekali korban pada saat itu, namun tidak bisa disebutkan satu per satu. Kemudian, mereka membangkitkan kembali filsafat lama dengan tokohnya Aristoteles (Realisme), dan Plato (Idealisme). Jasa dunia timur setelah peperangan dengan dunia Islam seperti perang salib dll. Setelah Turki kalah (dunia timur), ditemukan dokumen tersebut oleh orang barat sehingga ada modal untuk perkembangan filsafat modern. Kemudian berkembanglah rasionalisme dan pengalaman. Biasanya disebut intuisi, aksioma-aksioma, dan postulat. Postulat itu milik para dewa. Jadi, dalam berfilsafat itu ada benar maupun salahnya. Misalkan, "aturan para siswa" itu dinilai salah, yang benar adalah "aturan sekolah dilaksanakan para siswa" karena tidak sesuai dengan ruang dan waktunya. Pada saat itu, terjadi perdebatan yang mana antara mendukung "analitik apriori" dan "sintetik aposteriori". Descartes beserta pengikutnya mengemukakan bahwa ilmu itu harus berdasarkan pikiran. Sebenar - benarnya ilmu itu di atas pengalaman. Kemudian lahirlah filsafat yang dikemukakan oleh Immanuel Kant, disebut Kanialisme, Kant mendamaikan perdebatan antara kedua belah pihak, beliau menganggap Rene Descartes itu terlalu mendewa-dewakan pikiran tetapi melupakan pengalaman dan menganggap David Hum yang terlalu mendewakan pengalaman tetapi melupakan pikiran. Maka Kant menyebutkan kalimat yang berlaku bagi kedua belah pihak, "Sebenar- benar ilmu adalah unsur pikiran (apriori) dan unsur pengalaman (sintetik) sehingga disebut dengan sintetik apriori".

Adapun istilah transenden, dalam filsafat disebut transendentalisme. Pemikiran itu ada yang di atas, maupun ada yang di bawah. Dari bawah berdasarkan persepsi, kesadaran, dan imajinasi. sehingga yang paling bawah melahirkan sensasi. Itulah proses lahirnya pengetahuan. Adapun bentuk formal (formalisme), logika (logicism), koheren/konsisten (koherenisme), korespondensi/cocok. Kemudian sampailah kepada elegi yang disebut "bendungan comte" (Auguste Compte). Auguste Compte adalah orang berkebangsaan Perancis, mahasiswa politeknik namun dia telah di drop out karena pada dasarnya dia tidak suka hitung menghitung, menyukai tulis menulis dengan membuat buku dengan aliran filsafat Positivisme. Beliau menjelaskan bahwa tidak menggunakan agama karena irrasional. Diatas agama, terdapat filsafat, diatasnya lagi terdapat Positivisme (saintifik). Jadi, kurikulum 2013 saat ini didefinisikan kemenangan Auguste Compte.

Kurikulum 2013 itu berbasis spiritualisme, Auguste Compte menganggap itu irrasional. Struktur filsafat itu adalah material, formal, normatif, dan spiritual. Spiritual itu sebagai komandan dalam berfilsafat. Terdapat pilar - pilar dalam dunia timur tanpa disadari, yaitu formalisme, absolutisme, ilmu-ilmu dasar matematika murni, biologi murni dsb dirangkum dalam bentuk teknologi dengan kinerja yang luar biasa membuat orang terheran-heran. Sehingga dalam struktur filsafat digambarkan dari yang rendah, yaitu archae (masyarakat batu), tribal (sebenar- benarnya tribal adalah dewanya batu), kemudian tradisional, feudal, modern, post modern, dan yang paling atas yaitu power now. Misalkan dalam situs Y*ho*, itu adalah terasnya post modern. Karena adanya spiritualisme maka tahun 1921 ada seorang tokoh sosiologi meneliti agama di daerah tradisional dan tribal di muara - muara sungai suku aborigin, Australia. Maka dengan kondisi semacam itu, dapat kita bayangkan negara Indonesia dengan konteksnya luas, negara, ideologi, jati diri yang kecil. Setiap hari dilawan habis-habisan dengan wha**app, tw*tter, dll. Sehingga membingungkan presiden untuk kesana kemari karena akibatnya ada pada kurs mata uang, rupiah menjadi naik, dan dollar nya menjadi turun. Karena kondisi seperti ini, kita tidak memiliki jati diri. Tetapi jika mempunyai jati diri maka presiden harus memiliki spiritual dan berkarakter. Negara seperti singapura, Inggris, dll memiliki telur/ calon yang menetas sehingga menjadi maju dan solid di negaranya. Adapun presiden yang sudah terlena dengan kekuasaan sampai - sampai ingin menjadi presiden seumur hidup. Kemudian bapak Marsigit menggambarkan adanya gunung - gunung dan pantai, kita diibaratkan ikan yang sedang berenang di lautan. Yang diatas lahirlah ilmu- ilmu dasar naturalisme dll dan dibawah itu ilmu - ilmu humaniora. Indonesia telah dihabisi oleh ilmu humaniora, namun Indonesia masih tidak sadar. Mereka mengambil kesempatan untuk pribadi dan golongan contohnya pejabat. Maka pejabat sekarang juga sesuai keinginan sendiri serta menterinya pun juga seperti itu.

Dalam menggambarkan itu semua contohnya kurikulum 2013, adapun pendekar - pendekar dunia yang ditopang oleh Kapitalisme, pragmatisme, utilitarianisme, hedonisme, liberalisme. Sesuai paham itu, maka para pemimpin dipilih dari universitas, bukan dari basic Pendidikan. Dengan belajar filsafat, diibaratkan semua limbah mengalir ke laut, tidak mau diproduksi oleh power now. Ibaratkan air laut sudah banyak tercemar, maka orang - orang seperti kita tidak berani untuk mengungkapkan pendapat secara langsung, nantinya akan berdampak pada stabilitas. Filsafat itu membangun diri sendiri, berbeda dengan politik harus mengumpulkan banyak orang. Saat ini yang bisa kami lakukan hanyalah menyesuaikan terhadap ruang dan waktunya.

Dalam dunia pendidikan, sekarang ada misi dalam "bela negara". Menurut pak Marsigit, bela negara itu berdimensi dan berstruktur. Bela negara itu harus sesuai dengan ruang dan waktunya. Misalkan, menggambarkan suatu peristiwa dengan berfilsafat dengan bahasa yang lain. Salah satu cara menngungkapkannya yaitu dengan elegi. Elegi itu menggambarkan anti tesis agar berpikir dan tidak terjerumus ke dalam hidup yang parsial. Dalam bela negara, bisa melalui tulisan - tulisan contohnya saja berelegi. Filsafat memiliki banyak perangkat sehingga kita bisa menerapkan bela negara dengan berbagai cara.

Adapun yang menanyakan tentang kurikulum 2013, "Kita harus selalu berinovasi dalam proses pendidikan. Sedangkan materinya banyak sekali. Bagaimana caranya agar dalam kurun waktu yang segitu bisa cukup untuk menyampaikan materi?". Bapak Marsigit menjawab,"Coba contoh pembelajaran saya, saya menciptakan inovasi dengan blog elegi. Dengan begitu, materi tersampaikan semua. Ini merupakan contoh pembelajaran juga untuk mahasiswa".

Meninjau kembali bahwa pernyataan "kurikulum 2013 adalah kemenangan Auguste Compte. Mengapa spiritual itu masih ada di dalam kurikulum 2013?". Bapak menjawab. "Dengan ontologi saintifik, mereka, para pejabat tidak ingin mengungkapkan pernyataan yang tinggi - tinggi padahal pada kenyataan sejarahnya seperti itu, Positivisme adalah kemenangan Auguste Compte, mereka tidak mengakuinya, mereka hanya mengungkapkan bahwa tatap masa depan saja. sehingga negara tidak mengetahui sejarah negaranya jadi berkarakter lemah, maka metode saintifik itu mengamati dan menanya itu tidak punya makna. Dalam kenyataannya, pada scientific methods yang mana isinya mencantumkan hipotesis. Di Indonesia, struktur "menanya" dalam scientific methods diibaratken untuk membuat hipotesis. Sebenar - benarnya hipotesis itu diterima atau ditolak dengan percobaan. Ternyata pimpinan canggung, pakarnya juga canggung. Kurikulum 2013 itu dianggap masih mitos, untuk itu filsafat digunakan untuk memerdekakan diri dari kesemena-menaan dari kepala sekolah, pemerintah dll."

Kesimpulan dari tulisan ini adalah bangunlah duniamu sendiri, bangunlah pikiranmu sendiri dengan didasari oleh spiritual dan tetap sopan terhadap ruang dan waktu. Sadarlah apa yang terjadi pada duniamu, pada negaramu, pada keadaan sekitarmu. Berpikir setinggi - tingginya, agar dirimu tidak terjebak ke dalam mitos dan parsial. Jika dalam lingkup pendidikan, ungkapkan semua itu disana, filsafat itu banyak sekali perangkatnya, gunakanlah sebaik - baiknya ilmu dan pengetahuan dalam diri masing-masing, jadilah dirimu sendiri yang mampu memimpin dunia itu.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang PPG 1 FMIPA UNY/04 November 2015/07.30)

Selasa, 03 November 2015

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 6 "Tes Jawab Singkat keempat" dan "Memahami diri kita dalam Filsafat"

Pada hari Rabu tanggal 28 Oktober 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang PPG 1 gedung FMIPA UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti tes tanya jawab ke 4. Tes ini seperti biasa, dengan pertanyaan sebanyak 50, kami menjawabnya secara langsung dalam waktu beberapa detik. Kemudian, kami mencocokkan jawaban dengan jawaban bapak Marsigit, sehingga alhamdulillah saya mendapatkan nilai hanya 2. Pertama, kami membahas tentang "Nihilisme" dan "Fallibisme". Nihilisme itu ada atau tidaknya terikat dengan ruang dan waktu. Jika Fallibilisme itu benar adanya (benar pada kenyataannya seperti itu). Kemudian tidak memikirkannya secara mendalam. Filsafat itu intensif dan bersifat radikalisme, memperjuangkan sedalam- dalamnya. Pertanyaannya sepele, materialnya pikiran, pikiran dimaterialkan dalam bentuk alat hitung maupun buku. Pikirannya material berarti dibentuk dalam hukum-hukum yang terjadi. Materialnya formal adalah bentuk wadah. Kemudian formalnya material, adalah (misalnya) batu peresmian. Fallibisme artinya jika menjawab salah tetap bernilai benar. contohnya saja anak kecil jika ditanya rumus matematika ini itu, tetapi anak kecil itu menjawab belum diajari maka jawaban anak kecil itu "benar". Terkait dengan radikalisme, "radik" adalah akar, tidak peduli baik maupun buruk. Metode berfilsafat itu intensif dan ekstensif. Kata yang dimaksud tersebut merupakan cabang dari ilmu - ilmu filsafat tersebut,karena gerak-gerik dan perilakunya sehingga seakan - akan "radikalisme" itu negatif. Itulah yang disebut dengan stigma. Karena itu tergantung siapa yang mengatakannya. Jika mengatakan itu terus menerus berarti terjebak di dalam mitos, maka kita berfilsafat agar kita bisa mengubah "mitos" menjadi "logos". Dan sebenar benar logos tidak dalam keadaan diam. Dan tidak dalam keadaan diam, masih disintesiskan antara tesis dan anti-tesis. Kalau di dalam "zona nyaman" itu namanya tidak berpikir. Namun tidak mungkin bagi manusia itu tidak berpikir setiap harinya, kita selalu menemukan sesuatu yang baru. Karena tiap kali kita melihat matahari, tidak mungkin ada matahari yang kemarin (matahari yang kemarin kan sudah terbenam dan ganti yang baru).

Kemudian ada yang menanyakan, "Sejauh mana bijak diri dengan bijak pemerintahan?", kemudian Bapak menjawabnya, "Bijak diri itu maksudnya adalah sopan santun diri sendiri yang sesuai dengan ruang dan waktu. Contohnya, Saya menggunakan kemeja batik ketika perkuliahan, bukan menggunakan kaos atau sandal jepit, itulah tidak sopan terhadap ruang dan waktu. Maka sebenar- benar bijak adalah pengetahuan itu sendiri. Orang barat menganggap orang bijak itu yang memiliki pengetahuan, semakin ke timur orang bijak itu tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi juga memiliki hati nurani. Maka sebenar - benarnya bijak menurut orang barat, adalah orang yang berilmu."

"Bagaimana caranya orang yang berilmu berpikir multidimensi dan berpikir dengan bijak?", Beliau menjawab, "Manusia itu suka dan tidak suka menembus ruang dan waktu, tumbuhan, maupun batu pun menembus ruang dan waktu. Semua kata benda saja berawal dengan kata "hari ini, hari esok, dua tahun yang lalu". Kan tidak ada benda yang alergi terhadap ruang dan waktu. Belajar itu mengadakan dari yang mungkin ada menjadi ada, maka setiap yang ada mewakili dunianya. Contohnya, satu kata "ayam", maka bisa dikatakan dunia ayam bahkan bisa membuat buku yang isinya hanya tentang ayam. Setiap kau bisa mengadakan yang mungkin ada, maka bisa meningkatkan satu level dalam dirimu (tergantung keikhlasan)".

Adapun pertanyaan lainnya "Mengapa pikiran itu sulit menggapai hati, dan pikiran itu sulit untuk diungkapkan?", Beliau dengan senang hati menjawab pertanyaan tersebut,"Dalam persoalan filsafat itu ada 2, menjelaskan apa yang kau ketahui? yang kedua memahami apa yang ada di pikiranmu? Semua jawaban itu tidak ada yang memuaskan karena itu bersangkut paut dengan ontologisnya, karena manusia itu bersifat terbatas, manusia itu tidak mampu menuliskan semua pikirannya. Tidak akan mampu memikirkan semua relung hati. Karena itulah manusia itu bisa hidup. Perasaan dan pikiran itu lebih luas daripada laut. Hati itu seluas ciptaan Tuhan jika dikehendaki oleh Tuhan. Kita bisa berempati kepada semua makhluk Tuhan. Itulah keterbatasan manusia. Misal, ketika kita berdoa, pikiran kita harus berhenti. Itulah yang dinamakan ikhlas. Doa yang paling tinggi levelnya adalah dengan menyebut namanya Tuhan. Masalahnya, bermilyar - milyar dirimu menyebut namaNya, belum tentu semuanya dikabulkan. Yah tinggal bagaimana cara kita berusaha, sehingga dalam keadan apapun disarankan untuk menyebut nama Tuhan."

"Filsafat itu luas, maka adakah filsafat untuk orang - orang atheisme?". Beliau menjelaskan,"Saya katakan filsafat itu diri kita masing-masing, diri kita masing-masing itu siapa? diriku dirimu? Karena filsafat itu diriku dirimu, maka mengambil formula bahwa filsafat itu didasari oleh spiritual sehingga tidak melenceng dari spiritualitas masing - masing. Belum tentu mereka punya Tuhan, filsafat itu olah pikir yang refleksif dan menjawab pertanyaan "mengapa". Berfilsafat itu metafisika setelah yang fisik. Contohnya jiwamu, modalmu, karyamu dst. Siapakah sebenar- benarnya saya, diberi waktu yang banyak aku tidak bisa menyebut diri saya. Semakin ke bawah semakin plural, semakin ke atas semakin mono, yaitu kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Semakin ke atas adalah semakin identitas, semakin ke bawah itu kontradiksi. Maka yang kontradiksi para daksa, yang identitas para dewa. Jangan salah paham, ayam itu dewanya cacing, namun cacing tidak bisa melihat kesalahan ayam."

Dalam pendidikan, Sebenar - benarnya guru adalah fasilitator, bukan jamannya lagi menggurui murid - muridnya. Momok dalam siswa saat ini adalah matematika, namun yang sebenarnya momok adalah guru itu sendiri. Dan guru itu sendiri yang banyak memakan ruang dan waktu.

Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan di atas adalah kita itu terikat pada ruang dan waktu, dan sesuatu yang bisa dikatakan benar, memang seperti itulah kenyataannya yang sesuai dengan ruang dan waktu itu. Jadilah orang yang bijaksana terhadap ruang dan waktu, agar tidak berkontradiksi dengan subyek maupun material yang lain. Bijak itu tergantung juga terhadap hati dan pikiran, manusia tidak bisa menggapai hati dan pikiran karena manusia itu terbatas, namun ketahuilah karena itu semua manusia bisa hidup. Selain menjadi orang yang bijaksana, tetap dasarilah diri masing - masing dengan spiritual, agar hidup kita lebih berarti dan tidak meleset dari jalan Tuhan.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang PPG 1 FMIPA UNY/28 Oktobber 2015/07.30)

Rabu, 21 Oktober 2015

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 5 "Tes Jawab Singkat ketiga" dan "Secuil komponen dalam Filsafat"

Hari ini tanggal 21 Oktober 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang PPG 1 gedung FMIPA UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti tes tanya jawab ke 3. Tes ini seperti biasa, dengan pertanyaan sebanyak 50, kami menjawabnya secara langsung dalam waktu beberapa detik. Kemudian, kami mencocokkan jawaban dengan jawaban bapak Marsigit, sehingga alhamdulillah saya mendapatkan nilai 10. Kami membahas tentang salah dan benar dalam filsafat. Salah dalam filsafat. Salah dan benar itu hanya satu titik kecil dalam filsafat. Masalah benar dan salah itu diposisikan dalam keseluruhan daripada membangun pola pikir dalam berfilsafat. Unsur benar dan salah itu adalah suatu struktur yang ada di dalamnya. Masalah benar dan salah itu termasuk besar dan penting. Contohnya, pada saat kami tes jawab singkat, awal dari kata - kata bapak sudah menyebutkan kata "wadah". Yang artinya, semua yang ada di dalamnya merupakan tentang wadah, sehingga filsafatnya tentang wadah juga. Benar dan salah itu sebanyak pikiran para filsuf. Pandangan yang menyatakan yang benar itu yang tetap menurut Fermelides. Heracritos menyatakan bahwa yang benar itu adalah yang berubah. Jadi, wadah, batu, manusia, salah, benar, itu semua menjadi "yang ada" dan "yang mungkin ada"dimana yang menjadi kajian dalam berfilsafat. Seperti yang beliau katakan sebelumnya,"Bermilyar - milyar pangkat semilyar, aku belum selesai menyebut yang ada"

Filsuf pertama hingga saat ini selalu saja "yang benar" itu yang ada di dalam pikiran. "yang benar" juga berada di luar pikiran. Benarnya matematika itu "konsisten", benarnya pengalaman itu "kecocokan/korespondensi", benarnya logika itu "konsisten", benarnya para dewa itu "transenden", dan benarnya Tuhan itu "absolut". Itulah perbedaan ruang dan waktu. Sesuai dengan Fermelides, kita bisa melihat apa yang tetap dalam diri kita. Sebelum kita lahir, setelah kita lahir, kita tetap ciptaan Tuhan, selama hidup kita masih bernafas dan tidak ada perubahan, sehingga pernyataan itu tidak ada yang membantah. Salah dalam filsafat itu ketika tidak sesuai dengan ruang dan waktu.

Ada sebuah contoh dalam matematika, "4 x 6 berapa bang?", kemudian jawabnya "72 ribu" (keadaan di studio foto), "4 x 6 berapa?", jawabnya "24" (keadaan di sekolah), "7 + 2 berapa?" jawabnya "1 jika basisnya 8" (keadaan saat perkuliahan). Dalam contoh tersebut, mengandung pesan bahwa kita harus adil dengan "yang ada" dan "mungkin ada" di dalam pikiran kita. Dalam hal ini, jika salah memutuskan dalam pandangan filsafat adalah tidak sopan terhadap ruang dan waktu. Ketika ada acara seminar untuk pendidikan matematika, pada saat itu salah satu mahasiswa tersebut tidak mengikuti seminar tersebut, contoh lainnya bermain musik di luar ketika tengah malam sehingga mengganggu orang disekitarnya, maka itulah yang disebut dengan "tidak sopan terhadap ruang dan waktu"

Hidup ini bijaksana. Untuk itu, kita juga harus bijaksana terhadap ruang dan waktu dengan dilandasi kaidah - kaidah spiritual. Kaidah spiritual bertujuan untuk membahagiakan kita lahir dan bathin, dunia dan akhirat juga. Caranya adalah menembus ruang dan waktu secara bijaksana. Jangankan manusia, binatang, tumbuhan, dan batu menembus ruang dan waktu. Karena manusia memiliki akal dan pikiran/ budi dituntun oleh spiritual berbeda dengan yang lain. Jika binatang dituntun dengan instingnya, sedangkan batu memiliki potensi. Maka manusia itu fatal dan vital, fatal merupakan kodratnya, vital merupakan potensinya. Potensi manusia itu "ikhtiar". Manusia itu memiliki potensi, naluri, dan insting sehingga manusia itu memiliki intuisi, jika manusia cerdas, maka itu semua ditambah dengan kompetensi. Dalam filsafat, ada yang disebut skeptisme. menghindari skeptisme itu tidaklah bisa. Lebih baik membangun dunia yang komprehensif yang memiliki solusi dengan ilmu filsafat yang kita pelajari, daripada menghindar. Persoalan itu harus dikelola, bukannya malah dihindari.

Selama ini kita mempelajari filsafat dengan mengetahui nama - nama ahli filsafat, namun kita belum mengetahui, untuk menjadi seorang filsuf itu adakah sesuatu yang harus dipenuhi?. Seorang filsuf yang hebat tidak akan mengakui bahwa dirinya dalah seorang "filsuf". Seseorang yang mengaku sebagai filsuf, bisa saja itu adalah "penipu" dengan berdasarkan "proyek bodong". Nilai kebajikan seorang filsuf sama seperti seorang kiai yang kondang. Orang - orang yang lain melihatnya dengan "value". Bahkan, filsuf yang paling hebat pun merasa sedang belajar filsafat. Yang mengatakan adalah orang lain. Daripada bertanya, lebih baik mempelajari pendapat-pendapat para filsuf. Berfilsafat itu "meta" di sebaliknya yang tampak. Tidak untuk anak kecil. Orang dewasa itu juga perlu sopan terhadap anak kecil dan orang hamil.

Dengan demikian, benar dan salah dalam filsafat itu adalah sesuai, serta sopan terhadap ruang dan waktu. Selain sopan terhadap ruang dan waktu, manusia perlu membangun potensinya untuk membangun dunia yang komprehensif dan cerdas dalam mengelola persoalan tanpa menghindari. Karena adanya persoalan itu untuk dihadapi. Dalam ilmu filsafat, kita telah mengenal banyak filsuf. Seorang filsuf itu bukanlah yang mengakui dirinya sendiri, namun seorang filsuf itu sebutan untuk orang yang mencetuskan pendapat-pendapatnya, sehingga banyak orang yang menanggapi dan menyetujui pendapatnya tersebut, ada pula yang membantahnya, namun itulah yang disebut dengan berfilsafat. Dan dalam menghadapi persoalan, kita tetap memerlukan landasan,yaitu filsafat dan yang lebih kuat yaitu spiritual. Dengan adanya spiritual, kita mendapatkan arah dan tujuan yang jelas nantinya.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit, MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang PPG 1 FMIPA UNY/21 Oktobber 2015/07.30)