Senin, 16 November 2015

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 8; "Metode dan Fenomena yang dihadapi saat ini"

Pada hari Rabu tanggal 11 November 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang PPG 1 gedung FMIPA UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti proses perkuliahan. Filsafat itu intensif dan ekstensif. Dipengaruhi oleh ada, pengada, dan mengada. Fenomena dalam negara kita ini bermacam – macam. Menyikapi powernow pada saat ini kita harus menghadapi dengan cara berfilsafat. Kita bisa meniru unsur dasar binatang, bukan kelakuan binatang. Adapun yang namanya scientific, Metode scientific itu ukurannya sepertiga dari dunia. Fenomena menukik, intensif itu meneliti. Ada fenomena lain yaitu mendatar, misalkan hari rabu ini bertemu dengan hari rabu lagi. Sedangkan fenomena powernow itu dengan fenomena linear namun tidak mengetahui sampai mana garis tersebut. Adapun yang dibangun dalam diri kita, misalkan, inner beauty, kecantikan, doa.

Metode saintifik yang berkembang di Indonesia dengan aspek mengamati, menanya, dan mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Namun jangan salah, metode saintifik tidak bisa digunakan dalam hidup, misalnya metode saintifik tidak bisa digunakan untuk menikah. Makanya, yang benar saja, budi pekerti di Indonesia itu miskin. Metode saintifik yang sebenarnya ada aspek hipotesis dihilangkan dari struktur. Hipotesis itu berpendapat, setelah berpendapat kemudian dicoba. Jika memang metode saintifik aslinya seperti itu, kemudian diterapkan di negara ini menjadi berubah sehingga Pemerintah itu dosanya berat karena berbohong kepada rakyatnya. Metode pembelajaran itu harus diatur secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan, tidak bisa sembarangan. Indonesia itu negara kecil dan lemah, sehingga menjadi cabang powernow. Maka pejabat sekarang itu tidak memperdulikan budi pekerti dan mementingkan diri sendiri. Satu sama lain bisa saja saling menjajah, demokrasi hanyalah slogan namun uang tetap berjalan serta korupsi merajalela.

Fenomena Compte, contohnya alam diri kita sendiri, handphone kita tidak hanya satu, namun ada lebih dari satu, gara – gara handphone baru, keluarga bisa berantakan. Dengan adanya teknologi ada fenomena tecnopolly, menyerahnya budaya di telapak kaki teknologi. Orang bisa merekayasa budaya baru untuk kepentingannya. Semua orang mengikuti teknologi, memiliki hp baru kecuali orang sufi. Oleh karena itulah, Indonesia termasuk darurat budi pekerti. Menterinya aja diinterogasi KPK. Bagaimana bisa? menipu saja sudah dapat mobil atau yang lain. Negara Indonesia itu digambarkan seperti anak ayam dan negara adikuasa itu digambarkan oleh burung rajawali. Jadi, sekali saja anak ayam itu melawan, akan terkena pukulan kaki burung rajawali. Artinya negara Indonesia itu masih tergolong kecil dan kurang kuat.

Beralih pada individu, orang yang bersifat kaku itu tidak flexibel. Kesulitan menembus ruang dan waktu. Kaku ini mungkin dia memiliki prinsip. Prinsip adalah postulat dan sesuai konteks ruang dan waktunya. Misalnya, masuk rumah harus mencuci kaki atau tangan dulu. Jika diterapkan absolut, bisa menjadi masalah, karena kaku itu dimensinya tunggal, berusaha tertutup oleh ruang dan waktu. Sebenar – benarnya orang kaku bisa disebut dengan orang yang bodoh daan tidak cerdas. Pikirannya juga seperti batu dan tidak bisa melihat situasi dan kondisi. Oleh karena itu, pentingnya komunikasi dan luwes (tidak kaku). Sehingga sopan yang sebenarnya itu luwes serta bisa memahami orang lain.

Kecenderungan powernow menaruh struktur spiritual di bawah. Barkley merupakan ujung tombaknya powernow. Membangun itu adalah pilihan urusan dunia dan urusan akhirat. Auguste compte memilih dunianya, bukan spiritualnya. Pada zaman orde baru pak Suharto itu malah mengejar orang – orang yang berspiritual, termasuk yang sedang diincar itu adalah Gusdur (Abdurrahman Wahid). Indonesia belum mempunyai misi ke depan untuk 100 tahun. Dalam menangani pekerjaan, harus diimbangi dengan kerja, pikir dan doa. Bukan hanya kerja saja. Maka dari itu, visi presiden (kerja, kerja, kerja) masih harus dibenahi. Dunia sekarang itu dunia persekongkolan. Tanpa persekongkolan akan kalah. Metode, media, sebuah alat hedonisme, sesuatu yang bisa menyebabkan tidur, contohnya narkoba.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah metode itu tidak semuanya dapat digunakan. Kita harus benar – benar bisa memilah – milah mana yang baik untuk diri kita, mana yang tidak baik untuk diri kita. Semoga kita selalu ditunjukkan jalan yang benar. Amiin.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang PPG 1 FMIPA UNY/11 November 2015/07.30)

Tidak ada komentar: