Jumat, 01 Januari 2016

Filsafat Ilmu Pertemuan ke - 12; "Tantangan kita dalam pandangan filsafat"

Pada hari Selasa tanggal 29 Desember 2015, seperti biasa kami mengikuti perkuliahan Prof. Marsigit di ruang 101 A gedung Pascasarjana lama UNY pukul 07.30. Bapak Marsigit memasuki ruangan, kemudian kami diminta untuk bersiap - siap untuk mengikuti proses perkuliahan.

Ikhlas dalam hati dalam filsafat itu yang utama dari segala utama, dari lahir hingga mati. Tiadalah manusia itu mampu diri sendiri tanpa pertolongan Allah swt. Semua benda adalah keikhlasan, besi ditempel dengan semen. Tanpa keikhlasan semen, maka tiadalah menjadi bangunan. Berdoa merupakan bagian dari keikhlasan, karena jika tak ada keikhlasan maka doa tersebut juga bisa saja tidak terkabul. Ikhlas itu berlaku bagi semua orang. Terkabulnya doa itu karena dijalankan/ berusaha. Berdoa berkali - kalipun juga belum ada jaminan bahwa keinginan kita terkabul. Jika keikhlasan diperoleh kemudian dikatakan, maka itu dinamakan tidak ikhlas. Menurut prof. Marsigit Ikhlas itu transformasi, barang siapa yang mengaku aku di depan Tuhan maka terlempar jauh dengan kata lain terlempar ke neraka. Ada fase doa yang mana kesadaran pikir itu harus berhenti, niscaya Allah mengabulkan doa. Mencari keikhlasan harus ada yang membimbingnya agar semua berjalan sesuai dengan aturan yang benar.

Semua pertanyaan itu ada jawabannya, hanya perlu dijawab atau tidak. Semua tergantung situasi dan kondisi, perlu diungkapkan atau tidaknya. Pertanyaan itu yang ada dan yang mungkin ada. Ilmu itu bagaikan guru. Kebenaran tertinggi itu ada dua macam, kebenaran relatif dan kebenaran absolut. Kebenaran relatif ada pada manusia, kebenaran absolut adalah Tuhan.

Dalam filsafat tak ada yang dinamakan kebohongan, yang ada hanya tidak tepat pada ruang dan waktu, tidak sopan terhadap ruang dan waktu, dan orang yang tidak sopan terhadap ruang dan waktu itu bodoh. Berbohong itu juga memiliki dimensi, ada yang berbohong demi kebaikan, ada yang tidak. Sebenarnya apapun yang kita katakan setiap hari adalah suatu bentuk dari filsafat, termasuk tokoh – tokoh filsufnya.

Logika itu resep makanan. Logika itu sebagai penjamin dari kepercayaan. Misalkan sebuah riwayat hidup itu membuktikan bahwa orang itu dicurigai sebagai teroris maupun tidak. Pengalaman itu adalah logis, jika tidak logis maka hidup itu tidak sehat. Logika itu berdimensi, sehingga pada waktu yang berbeda, kita juga harus naik dimensi, artinya kita harus menyesuaikan ruang dan waktu pada saat itu. Tantangan terbesar dalam hidup ini adalah keikhlasan. Bisa ikhlas itu adalah sebuah rejeki. Banyak orang yang seakan – akan mampu mengurusi dunia. Spiritualisme itu penting tak peduli orangnya, karena itu merupakan kecerdasan hati. Keikhlasan merupakan kecerdasan hati. Surganya di dunia itu adalah mencapai keikhlasan.

Jika hidup sesuai dengan hermeneutika hidup, dipilah seseuai dengan ruang dan waktunya. Sebenar – benarnya hidup itu interaksi antara ruang dan waktu. Tanpa menyebut hermeneutika, maka kita sudah berhermeneutika. Misalkan, berbicara, bernapas, bekerjasama itu sudah hermeneutika. Prinsip umum berpikir adalah filsafat ilmu. Filsafat itu yang bisa menjangkau ke semua zaman, bukan hanya filsafat kontemporer.

Ikhtiar yang tidak dilandasi dengan nafsu, secara intuisi terdapat nafsu yang baik dan tidak baik, seperti motivasi, kegiatan sosial dll. Menurut pak Marsigit, kita semua tidak terlepas dari sisi negatif, karena semua itu adalah kodratnya. Kita masuk ke suatu keadaan sehingga menjadi negatif

Dalam hal – hal yang gaib, paranormal itu adalah intuisi. Untuk mengetahui apapun yang dipikirkan. Ketika mengolah hati, mencapai saraf sensitivitas, baik tata cara, perilaku, makanan, dsb itu harus dijaga. Kita itu punya daya sensitivitas yang mana masih lemah, masih tergoda kesana kemari. Maka ketika ilmu itu jatuhnya ke hati, maka iman kita masing – masing itu di hati. Jika ilmu dalam pikiran sudah berubah, bisa saja iman berubah juga. Itulah sensitivitas, dari common sense sampai spiritual. Mengolah hati dari sisi common sense bisa dengan lagu yang didengarkan. Jika dihubungkan dengan spiritual, makhluk halus itu potensi buruk, sesuatu yang buruk itu dirasakan dalam hati. Buruk itu adalah ekornya setan. Makhluk halus itu subjektif. Tidak semua orang bisa merasakan sensitivitas tersebut. Sebenar – benar kuasa Tuhan adalah kun –fayakun. Ingin membuat baik seketika dan membuat buruk seketika. Doa itu tidaklah bermain – main. Sehingga paranormal disebut medium.

Untuk urusan masa depan, Mengira – ngira masa depan di Indonesia itu seperti apa bagaikan stadion yang memiliki berbagai pintu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sangat susah untuk memprediksi bagaimana gambaran masa depan pendidikan Indonesia. Karena Indonesia disebut dengan mencari jati diri. Hidup kita ini masih dalam kontemporer. Misalkan seperti saat ini kita tidak dapat meninggalkan handphone. Kita hidup dalam kontradiksi dan anomali, dan anomali itu adalah ciri – ciri kontemporer. Kita semua bisa disebut munafik dalam hidup ini, manusia tidak dapat lepas dari kemunafikan. Persoalan di Indonesia ini menjadikan masalah terus – menerus bertambah, bukan malah semakin berkurang.

Kontemporer itu berjalannya dari barat ke timur, dan dari utara ke selatan. Bagaikan burung bangau yang terbang dari utara ke selatan, filosofi orang China dan Jepang. Jepang menganggap dirinya pusat pembaruan, pusat teknologi, pusat perdagangan. Sehingga negara – negara dari utara hingga ke selatan mengikuti aliran kontemporer tersebut. Orang Jepang menganggap Indonnesia itu ekornya. Mereka itu kaya, karena kebodohan orang Indonesia. Sehingga masyarakat MEA itu adalah nyanyian kontemporer. Trisakti dari Soekarno sekarang hanya istilah saja. Satu – satunya cara yaitu harus redefinisi lagi istilah pada trisakti tersebut. Gaya kontemporer sekarang sudah menjadi terbiasa misalkan seperi kredit sepeda motor atau apapun itu menjadi marak. Keadaan kontemporer ini mengajak kita dalam dua arah, yaitu menjadi robot atau menjadi setan. Dengan terpaksa, kita menjadi robot. Namun, tetaplah hati kita tetap terjaga dengan adanya spiritual.

Dalam kehidupan, banyak hal yang berkaitan dengan filsafat secara langsung maupun tidak langsung. Hal yang terkait dengan spiritual adalah keikhlasan. Keikhlasan adalah hal yang tersulit yang dilakukan oleh manusia ketika sudah berada dalam kebahagiaan dan kesenangan. Kita hanya bisa berikhtiar dan berusaha dengan sebaik – baiknya. Memanfaatkan logika kita dengan baik, diiringi dalam setiap langkah dengan doa. Adapun didunia ini yang tidak dapat kita lihat dengan kasat mata, menyadarkan kita bahwa kekuasaan Tuhan itu luar biasa. Karena kuasa Tuhan pula, zaman pun ikut berganti menjadi zaman yang kontemporer, sehingga tetap memegang spiritual sebagai alat untuk mengontrol hidup kita.

(By Diana Amirotuz Z/ S2 PMat B/15709251066/Dosen: Prof. Marsigit,MA/ Filsafat Ilmu/ Ruang 101 A Gedung Pascasarjana lama UNY/29 Desember 2015/07.30)

Tidak ada komentar: